Wednesday 30 June 2010

wekksss :'D

Terlahir dalam keadaan keluarga yang seperti ini murni memang bukan mauku. Yang aku tahu, tuhan tidak akan mencoba kecuali aku tak mampu. Tapi mama, sudah cukup aku melihatnya menderita. Menangispun sepertinya aku sudah lelah. Maafkan aku ya tuhan, kadang aku melupakan kebesaranmu. Aku hanya ingin cepat cepat keluar dari drama ini.
Banyak yang bilang aku tegar dan mandiri, hahaaa asal kalian tahu teman, terperangkap begitu lama yang membuat aku begitu. Justru aku iri dengan kalian. Aku sangat benci bila waktu liburan tiba. Yaaa lagi- lagi berbeda dengan kalian. Meskipun mama juga ikut libur saaat liburanku datang, kesibukan tetap menyelimutinya. Entah, tapi menurutku sebenarnya ia punya banyak waktu bersamaku dan adikku. Mungkin karna mama jenuh melihat keadaan yang tak kunjung ada perubahan, sampai sampai harus mencari hiburan sendiri diluar. Biarlah, biar mama bahagia tertawa bersama teman temannya.
Aku semakin benci untuk tahu bahwa liburanku sudah habis, bukan karena aku tak mau sekolah. Tapi aku belum mempersiapkan cerita liburan apa yang harus aku ceritakan ketika teman-teman mulai bercerita liburan mereka bersama keluarga. Entah itu pergi berenang, ke kampung halaman mereka, ataupun bersenang senang bersama sepupu-sepupu mereka. Sungguh saat itu ingin rasanya aku tak mau tahu dan pergi meninggalkan mereka yang sedang berbagi cerita. Tapi aku tak punya alasan untuk pergi. Aku hanya bisa ikut tertawa menutupi rasa malu, karena hanya aku yang tak punya cerita.
Aku ingat, saat itu salah seorang temanku memuji-muji ayahnya yang hebat. Ayah yang bekerja siang malam, tapi masih ada waktu untuk menghilangkan kejenuhan anak-anaknya selama disekolah dan menghabisakan weekend mereka bersama. Lagi-lagi aku hanya bisa menahan air mataku. andai papaku juga seperti itu. Tapi aku kembali menarik pipiku, sedikit tawa tak apalah. Dan mereka juga harus tahu, mamaku bahkan lebih hebat dari itu.
Untuk menangispun aku takut, takut menyakiti mama bila melihatnya, karena aku tahu, Senyumku yang membuat mama masih bertahan hingga saat ini. Padahal hanya dengan menangis aku bisa sedikit bahagia, aku meyakini bebanku ikut mengalir bersama air-air itu. Ya semua demi mama.. aku rela menyakiti diriku sendiri.
Saat teman teman sepermainanku sedang sibuk mencari cara untuk menyenangkan kekasih mereka masing masing, yang aku lakukan adalah mencari cara untuk membuat mama bangga, bagaimana membuktikan pada semua orang bahwa aku bukan anak broken home. Aku bisa mendapatkan apa yang aku inginkan seorang diri. Aku ingin mendapat pengakuan dari orang-orang yang sebelumnya meremehkanku. Membuat mereka malu telah mengolok-olok mama. Mencari cara mewujudkan obsesiku untuk menjadi model dan dokter yang sukses. Membelikan rumah yang mama inginkan dan beristirahat di hari tuanya kelak, mama tak harus bekerja lagi. Aku hanya memperbolehkan mama menggendong cucunya nanti. Bersenang senang melupakan masa lalu yang kelam. Sampai aku melihat mama tersenyum tenang, dan melangkah ke surga.

aku menulis itu setahun yang lalu, saat liburan juga, dan terulang kembali. meslipun sudah banyak perubahan sekarang, sudah membaik mungin, mungkin. itu yang terlihat tapi entah bagaimana didalamnya. dan aku juga punya akmaal :) sahaabat sahabatku yang lain. yaa semoga liburan kali ini gak sesepi dulu :)

Monday 28 June 2010

Aku rindu masa lalu :')

Saat semua berlomba bercerita kepada dunia
tentang kasih sayang yang mereka dapat
Tentang kenangan yang aku fikir lebih indah saat aku melihat pelangi
Tentang tawa yang bisa menghidupkan sejuta kunang kunang yang telah mati
menjadi energi untuk dunia
Energi yang membuat mereka tetap percaya apa itu cinta?

Dimana aku?
Aku coba tidak mendengar apapun saat mereka melakukan itu
Berjongkok ditengah hangatnya kasih yang saling mereka bagi
Menutup telinga dan memejamkan mataku

KENAPA AKU TETAP MERASA DINGIN?
Sedangkan mereka merona karena hangat itu memanjakan wajahnya
Aku rindu masa lalu :'(
sentuhan dipundakku
usapan saat air mataku jatuh
Pelukan ketika bibirku sulit untuk tersenyum
Genggaman erat dan sebuah kecupan dikening

Aku iri :'( melihat mereka menangis
melihat mereka saling memeluk
mengucapkan janji apapun itu.

Dunia memang selalu berputar, kadang aku berfikir ingin kembali membuka mata dan melihat masa lalu, merasakan kehangatan lagi. Aku tak butuh logika untuk ini. Logika ku sudah terpilin, kusut bahkan hancur.
Entah, mungkin hanya ini yang bisa aku lakukan
memejamkan mata
membekukan tetesan yang keluar dari mata itu
berteriak dalam hati, "masih ada cinta disekelilingmu, rasakanlah"
lalu menarik pipiku,
dan tersenyum :)

Saturday 26 June 2010

surat biru kecil

Banyak yang mengerti tentang cinta, tapi tidak untuk reza. Bahkan dia sangat tidak ingin merasakan lagi apa itu cinta. Reza selalu menampar wajahnya sendiri setiap ia membaca surat itu. surat biru kecil yang sejak dua tahun lalu menghantui ingatannya tentang cinta. Tentang masa lalunya, dan kehilangan. Penyesalan itu menyeruak menggerogoti hatinya, fikirannya, menjadikan ia menutup rapat dan tidak memperbolehkan siapapun menggantikan fika, wanita yang sangat ia cintai.

Lagi lagi reza menampar wajahnya. Entah untuk keberapa kalinya ia memarahi kebodohannya akan kejadian sore itu. dua tahun yang lalu, sama seperti sore ini, saat itu hujan deras. Reza keluar dan berlari dari sebuah ruko kecil yang menyempil di padatnya ibu kota oleh gedung gedung yang menjulang tinggi.

@@@@@

“ting nung”

Fika langsung berlari kecil mendengar bunyi bel apartementnya. Dia memang sejak tadi sudah menunggu reza, yang berjanji membawakan bubur ayam kesukaannya.

“zaa ko basah kuyup gini”

“iya fi aku keujanan”

“yaudah cepet masuk ganti baju dulu sana”

“iya, hmm dingin”
Reza langsung menuju kamar fika dan mencari baju yang bisa ia pakai. Untung saja fika sedikit memiliki jiwa laki laki dalam hal memilih pakaian. Jadi reza tidak perlu memakai dress atau baju mini milik fika.
Sembari reza mengganti bajunya yang basah karena kehujanan itu, fika pergi menuju dapur dan membuatkan minuman hangat untuk reza.
“sayang lagi bikin apa?” tiba-tiba reza datang

“udah ganti bajunya? Cepet banget za? Aku lagi bikin capucino, tunggu di depan sana” sambil mengaduk cangkir yang ada ditangannya.

Reza sibuk memperhatiakan seisi dapur tanpa memperdulikan apa yang dikatakan fika.

“fi, obat apaan nih? Namanya aneh” reza meraih sebuah obat yang tergeletak didepannya.

“ohh, emm itu Cuma vitamin kok. Mama yang ngirimin”

“beneran Cuma vitamin?”

“iya”

“yaudah aku tunggu didepan yaa, muahhh :p”

Dengan nakan reza mengecup pipi fika yang merona karena cuaca saat itu yang sangat dingin

@@@@@

“za nih minum dulu”

Fika menghampiri Reza yang sedang menikmati hujan di teras apartment fika. Hujannya semakin deras. Sampai sesekali biasan hujannya mengenai mereka berdua.

Tempat itu adalah tempat favorit mereka, sering kali reza menyanyikan lagu untuk fika, karena kebetulan suara reza lumayan bagus. Tidak, bahkan sangat bagus.

Setelah habis, reza meletakkan gelasnya dimeka dan kembali menuju fika yang tetap memandangi hujan. Fika sangat suka saat hujan turun, karena mamanya dulu sering mengatakan bahwa ada bidadari yang ikut turun bersama setiap tetes hujan. Dan semakin deras rintikan hujan itu, semakin banyak bidadari yang turun dan menemaninya, jadi fika tidak perlu takut jika ia sendiri dalam hujan.

“hm..fi..” fika sedikit kaget karena reza tiba tiba memeluknya dari belakang

“yaa zaa” sembari menyandarkan bahunya di pundak reza

Ada sesuatu yang reza keluarkan sesuatu dari sakunya, dan menunjukannya dihadapan fika

“fi..”

“waaahh bagus banget za” tanpa malu malu fika langsung meraihnya

“buat kamu sayang” reza tersenyum, manis sekali.

“makasih ya za” senyuman itu dikecup fika, hanya sepersekian detik, dan tersenyum juga :)

Setelah reza memasangkannya dileher fika, dia kembali mengeratkan pelukannya. Sampai tidak terasa hujan sore itu sudah menghilang. Fika membalikan tubuhnya. Dan memeluk reza lagi, lebih erat bahkan hampir terasa sesak. Hujan tiba tiba turun kembali bahkan lebih deras dari sebelumnya. Fika terus saja memeluk reza, dia seolah tak mau reza direbut oleh siapapun. Meskipun ia tau reza itu hanya miliknya.

“mala mini kamu disini aja yaa?!!” pinta fika dengan suara manjanya.

“hm..” reza sedikit bingung, sebenarnya mala mini dia sudah berjanji mau menamatkan level games bersama adiknya.

“za..?”

“iya” tapi akhirnya dia memutuskan untuk menemani fika sampai fika tertidur. Tanpa member tahu fika.
“makasih yaa” fika tersenyum manis

@@@@@

“reza” fika menghampiri reza yang sedang menonton tv

“udah mandinya?”

“udah dong” fika duduk disamping reza sambil bersandar disofanya. Tiba tiba reza meletakan kepalanya dipangkuan fika.

“za bener kan kamu male mini nemenin aku?”

“iya sayang” sambil memainkan rambut reza dengan lembut.

“tapi fi sebenrnya aku ada janji sama rio mau begadang malem ini buat tamatin level gamesnya dia”

“yaahh kamu, ayolah malem ini aja ya? Besok besok aku janji deh ga minta lagi” fika memasang muka memelas

“aku temenin samape kamu tidur aja ya?”

Fika hanya terdiam, dia sangat berharap kekasihnya itu bisa menemaninya malam ini.

“fi jangan marah dong, iya iya aku temenin kamu, tapi jangan cemberut gitu ah”

“bener yaaa?”

“iya” fika tersenyum manis

Mereka benar benar menghabisakan malam ini berdua. Bermain seperti anak kecil meskipun umur mereka hampir menginjak kepala dua. Sampai akhirnya reza tertidur dipangkuan fika.

@@@@@

“za.. reza bangun, pindah aja yuk. Disini dingin”

Fika membangunkan reza yang berada dipangkuannya, dengan belaian lembut tangan fika dirambut tunangannya itu. orang tua mereka memang sudah sejak lama mengikat hubungan fika dan reza. Dan rencananya setahun setelah reza bekerja meneruskan usaha orang tuanya, mereka akan menikah.

Tapi reza sulit sekali untuk dibangunkan “zaa, bangun dulu sayang, pindah ke kamar”

“hm iya iya” reza menjawab tanpa memmbuka matanya. Tapi untungnya dia sudah hafal jalan menuju kamar fika, dan langsung membanting tubuhnya ketempat tidur. Jangan heran, meskipun mereka sering tidur satu kamar, tapi reza tidak pernah mengapa apakan fika. Dan fika juga percaya reza tidak akan melakukan apa apa. Hanya saja pergaulan mereka yang terlalu bebas yang membuat mereka sangat cuek dengan apa yang mereka lakukan.

Sementara itu, fika pergi ke dapur untuk meminum obat rutin yang selalu dia minum sebelum tidur.

@@@@@

Nampaknya hari ini fika sangat kelelahan, bahkan berjalanpun sepertinya ia harus mengeluarkan banyak tenaga agar bisa sampai ke kamar. Sesampainya dikamar fika langsung menyandarkan tubuhnya dipenyanggah tempat tidurnya. Memandangi wajah reza yang tertidur pulas, sangat hening, tidak lama kemudian lamunan fika buyar saat tiba tiba reza memeluk pinggangnya dalam keadaan masih tertidur.

Fika tersenyum, dia mengambil secarik kertas dan sebuah pulpen kesayangannya. Menulis sebuah surat dan memasukan kertas itu ke dalam amplop polos berwarna biru muda. Dan meletakkannya diatas tangan reza yang sedang memeluk tubuh mungilnya.

Malam yang indah untuk fika, ada kebahagiaan yang terlihat dari tatapannya saat memandangi reza. Yang sedikit basah dan berkaca, seolah melukiskan ketidak inginannya kehilangan reza. Pria kedua yang sangat ia cintai selain ayahnya. Dia membetulkan posisi bantalnya agar dapat terlelap dengan nyaman disamping reza. Menarik selimut dan menutupi tubuh reza. Tubuhnya yang mungil tampah terlihat kecil jika ditutupi selimut. Ditambah lagi wajahnya yang sangat pucat malam ini. Dia benar benar terlihat lelah.

Fika terus memandangi wajah reza, dan membelai rambut reza dengan sangat lembut, sampai akhirnya matanya tertutup rapat.

@@@@@

“tengnongnengnongneng (suara handphone reza)”
Reza terbangun mendengar suara handphonenya.

“haloooo” dengan suara ngantuk dan sangat tidak rela membuka matanya

“ka katanya mau nemenin maen, ko belom pulang?!”

“besok pagi aja yaa mainnya, gue ngantuk”

“ga mau, cepetan pulang, lo kan udah janji ka, bilangin mama nih >,<”

“ah iya iya bawel”

Reza langsung mematikan hand phone nya. Mau tidak mau reza harus meninggalkan fika mala mini.

“fika maafin aku ya sayang, aku pergi dulu. Besok aku kesini lagi ko. Aku mau bangunin kamu tapi gak tega, tidur yang nyenyak yaa” sebuah kecupan di kening fika, muah.. reza meliahat surat yang tadi ditulis fika sebelum tidur, bertuliskan nama reza diamplopnya. Reza langsung memasukan surat itu kesakunya. Dan bergegas pergi.

@@@@@

“teng teng teng”

Jam dirumah reza bunyi 3 kali. Berarti tandanya udah jam 3 pagi. “dek nagntuk gue”

“yaudah tidur aja lu sono, tapi jangan kemana mana temenin gue aja disini”

Reza langsung naik ketempat tidur adiknya, bersiap untuk melanjutkan mimpinya tadi. Tapi tiba tiba dia teringat surat yang bertuliskan nama reza tadi. Dia langsung merogoh saku celananya, mengambil surat mungil itu. dan langsung membacanya…

“sayaaanggg..
Kamu ngantuk banget yaa? Hehe daritadi aku bangunin kamu ga bangun bangun, jadi kau iseng deh bikin surat kayak gini.
Za sebenernya banyak banget yang mau aku certain ke kamu, makanya male mini aku minta kamuu buat nemenin aku.
Maaf ya soal vitamin yang kamu tanyain tadi, aku bohong. Itu bukan vitamin. Itu obat dari dokter. Aku menderita kanker darah za.. udah 3 tahun belakangan ini. Maaf ya aku baru cerita. Aku takut za. Aku takut kamu menjauh karna malu punya cewe penyakitan kaya aku. Aku takut kehilangan orang orang yang aku sayang zaa, aku takut mati.
Tapi sekarang aku udah gak takut lagi, karna aku tau kamu akan selalu ada disamping aku, maafin aku ya sanyang. Aku ga kuat, ini terlalu sakit buat aku tahan. Oiya za, kamu tau gak apa yang ngebuat aku gak takut lagi sama kematian?
Karena dinafas aku yang terakhirpun aku masih ada dipelukan kamu, pelukan yang selalu ngebuat aku nyaman.
Makasih ya za untuk kenangan indah yang udah kamu kasih ke aku. Aku akan selalu sayang kamu”


@@@@@


Seluruh tubuh reza lemas seperti kehilangan tulang. Dia tidak sanggup untuk berkata apapun lagi. Dia hanya berharap ini haya kelanjutan mimpi tadi.

Tapi kenyataannya dia masih mersakan dingin, bahkan lebih dingin dari air hujan yang sore tadi mebasahi tubuhnya.

Reza berlari dan langsung menghidupkan motornya. Berusaha secepat mungkin sampai di apartement fika dan langsung membuka pintu dengan kunci cadangan yang dimilikinya.

Dia menghampiri fika yang terbaring dikamarnya. Pucat, dingin.

Reza seolah mimpi, dalam sekejap ia kehilangan seseorang yang begitu berharga.

“fikaaa..sayang bangun yuk” dia membelai rambut fika dengan lembut

“fik jawab dong sayang, bangun yuk, kita main monopoli lagi, tadi kan kamu kalah”
Reza seperti orang gila terus mencoba membangunkan fika, tanpa sadar dia mulai meneteskan air matanya

“fikaaaaaaaaaaa!!! Jangan tinggalin aku!!” dia memeluk fika sangat erat, tidak peduli itu hanya sebuah tubuh tanpa ruh yang bisa mersakan cinta. Sangat dingin.

Dan hingga kini, dingin itu masih menyelimuti hidup reza. Tanpa fikaaaa

Saturday 19 June 2010

panggil saja aku monyet

Panggil saja aku monyet, kebanyakan orang menyebutku begitu.
Sore ini aku, ayam, dan semut memang sedang bermain dikandang ayam. Sudah lama sekali kami tidak berkumpul seperti ini. Bnyak hal yang belum kami ceritakan, yaa meskipun itu gak jauh dari masalah cowok.
Setelah beberapa jam bermain dikandang ayam tidur tiduran tertawa dan bercerita, kodok pacarku sms ngajak buat ketemu, tapi sayangnya aku ayam dan semut udah janji mau makan bakso di pinggir jalan tempat biasa kami makan. Akhirnya aku mengajak kodok untuk bergabung saja. Karena sebenarnya semut dan kodok sudah kenal akrab, bahkan semut yang mengenalkan aku ke kodok. Jadi aku rasa ga bakal canggung lagi.

@@@@

Sesampainya di tukang bakso, kami memesan bakso dan menunggu kodok yang sedang dijalan. Aku bahkan mengusir semut yang duduk disebelahku karena aku menyiapkannya untuk si kodok.
Jeng jeng jeng jeng datanglah si kodok, tapi dia salah jalan dan aku harus menghampirinya.
Kodok : (menarik bangku yang aku siapkan dan menggesernya ke samping semut, jauh sekali dari bangku ku)
Aku : @*^$&@%$)(@%*&%#&@# (gatau mau ngomong apa)
Ayam : nyet? (melihat aku heran, sepertinya dia tau apa yang ada diotakku sekarang)
Aku : hmmm (memalingkan wajahku dan terus menatap ayam yang ada di depanku)
Ayam : nyet sumpah ini janggal banget
Aku : iya yaamm, gatau ah (dengan suara pelan, sambil ngaduk ngaduk bakso yang sudah dtang tanpa sama sekali berminat buat makan)
Ayam : sabar nyet sabar
Semut dan kodok : kjfygweiugqpduwegfreipugforiyfejfryfgehhfgyrfsug (entah ngomongin apa, tanpa memperdulikan aku)
Setelah beberapa lama, tanpa ada bahasa keadaan kami tetap sama.
Ayam : ini yang pacaran sama kodok lo apa si semut sih nyet
Aku : gatau yam :’(
Ayam : ah sumpah bego banget masa gak nyadar nyet muka lu udah sepet begitu. Masih asik aja ngobrolnya -,-
Akhirnya kami selesai makan, aku bayar dengan ayam. Dan semut dengan kodok (tambah keliatan banget deketnya)
(kodok dan semut masih membayar, aku duduk di tempat semula)
Aku : yam, yam aduh ini gimana aer mat ague ga bisa ditahan :’(
Ayam : aduh aduh buruan apus jangan sampe kodok liat ahhhhh tahan tahan nyet apus cepetan itu tisu
Aku : ahh tai banget ini gabisa berenti, aduuuhh ahh tai tai masih beraer ga?
Ayam : masiiihhhh itu masih basah mata lo nyet.
Aku : (berpura pura biasa aja)
@@@@
Kodok : mau kemana?
Aku : gatau
Ayam langsung menaiki angkot yang sudah ngetem di pinggir jalan. Dan aku pulang bersama kodok. Ahh tapi udah bete banget :’(
Dimotor
Kodok : mau kemana sayang?
Aku : gatau
Kodok : mau kemana aku bingung nih
Aku : gatau
Kodok : yang? Mau kemana ini aku beneran gatau
Aku : terserah ah
Kodok : kamu marah yaa? Maaf dong yang
Aku : (diam)
Kodok : yang yaampun maaf
Aku : (diam)
Kodok : yang, ah parah banget si maafin aku yang. Mau kemana? Mau pulang?
Aku : terserah
Dan akhirnya dia membawaku pulang 
Heeyy kodok jelek aku kangen sama kamu gamau pulang tapi aku sebel!!!! Kamu gak ngehargain aku banget. Aku udah kaya tuyul disana. Engga aku gak marah kamu deket sama semut. Tapi gak gitu juga dookkk. Ayam aja sampe nanya yang pacaran sama kamu itu aku apa semut. Dateng dateng langsung narik bangku yang udah aku siapin disamping aku ke deket semut dan asik ngobrol tanpa peduliin aku. Heeyy ada aku dideket kamu. Hargain dikit kenapa sih :’( bahkan kamu kayak ga kenal aku dok. Tega banget sih :’(
Sesampainya didepan rumah, aku turun dan kodok langsung berlalu pergi tanpa menyebutkan a b c d atau apalah. Hanya diam :(
Dimotorpun tadi cuma diam
Tapi sebelumnya di tengah jalan dia berhenti dan mengambil sesuatu dari tasnya
Kodok : aku bikin ini buat kamu, terserah kalo ga suka buang aja
Aku : (diam, tersenyum)
Dookk coba kamu ga lagi nyebelin :(
lucu, dompet kecil warna merah dari kaen flannel. Yang dia jahit sendiri. Yaa meskipun gak serapi buatan seorang maestro. Sayaanggg :’(
Sampai dirumah ternyata gak ada orang (ahhh bego banget lu nyet) aku Cuma bisa duduk diteras menunggu orang rumah pulang. Diam, menunduk, (menangiskah?) yaa kalian pasti bisa menebak apa yang aku lakukan

yeeaahh it's me :D

Haloooooooo :D



iyaa ini gue :D
DHESNA CINDRA BHUMI

banyak definisi tentang gue, itu tergantung lo ngeliat gue sperti apa.
Gue sekolah di SMANSA sekarang, SMA NEGERI 1 DEPOK. Bentar lagi naek kelas 2 loohh (amin amin ya allah amin) pengennya sih masuk ipa. Soalnya otak gue kan emang ga ada indah indahnya di IPS. Apalagi ekonomi, haha bu Elisabeth aja pasti afal sama gue gara gara nilai yang tidak indah itu. (haha maaf ya bu aku menyusahkan)
Gue punya adek pria (baru balik ga mau di panggil cowok)
Namanya ANGGARA PUTRA PRASETYO, kaya nama jawa yaa :D tapi sebenarnya gue ini asli betawi tulen loohh (boleh dibuktikan)
Dan Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT hingga saat ini gue Cuma mempunya seorang bunda (enyak) satu dan ayahanda (babeh) masih satu juga. Berkembang menjadi banyak atau tidaknya nanti tergantung keadaan. Yaa begitulah.
Hidup manusia emang ga pernah lepas dari masalah, tergantung gimana cara kita buat menghadapi itu semua. Banyak yang bilang gue ini setegar baja (boong banget) tapi kadang gue butuh air mata buat ngelepas itu semua. Tapi untungnya selalu ada sahabat sahabat gue yang setia disamping gue :’)
Dan si pacar yang ga pernah bisa bikin gue berenti ketawa ngeliat tingkahnya, “AKMAL DWI NUZULIN”
Ayooo berteman :DDDDDD

Thursday 17 June 2010



buat gue sahabat bukan cuma orang yang ada waktu gue butuh, tapi juga orang yang dateng ke gue saat dia butuh. karena dengan begitu gue tau mereka nganggep gue sahabat :) yaa itu mereka BIDARA KADIJA dan CHINTA HUSNIA

maen bareng mereka ga ada bosen bosen nya. apalagi kalo udah ngumpul dirumah ibe si pria bali, waloupun agak serem soalnya banyak patung patung dan anjing yang berkeliaran. aa tapi tetep aja ngangenin









sayangnya kenapa ngerasa lebih deket pas diakhir akhir smp, waktu yang udah tinggal sedikit buat main main. apalagi si IDA BAGUS dan ALDI BURHAN yang udah gue anggep papa sendiri bakal pindah keluar pulau. 9.3 gue kangen :')








sampe akhirnya harus tiba waktu perpisahan :')




dan sekarang semua udah ngejalanin hidup masing masing. tapi tetep ga ada yang bisa gantiin serunya main sama kalian.

complicated of my life part I

Selalu kayak gini, semua kekesalan dilimpahkan ke gue. Seharusnya mama tau, bukan mau gue terlahir di keluarga yang gak utuh kayak sekarang ini. Setiap pulang kerja selalu mencari kesalahan gue, sekecil apapun itu.

@@@@@

“pagi maaaa”
“pagi sayang,”
Syukurlah suasana hati mama masih belum tercemar oleh dunianya yang bebas, tak ada seorang suami yang mengekangnya.
Pagi ini sama seperti pagi pagi biasanya, gue rasa gak ada yang berbeda semenjak duat tahun lalu setelah papa meninggal karena ulahnya sendiri. Ia menabrak sebuah warung di pinggir jalan saat mengendarai mobilnya sembari mabuk, dan langsung meninggal di tempat. Terbukti sebelumnya papa baru saja menemui kekasih gelapnya, karena saat aparat kepolisian memeriksa barang-barang papa, gue ngeliat fotonya bersama wanita dan foto itu diambil 1 jam sebelum papa meninggal.
Masih teringat jelas bagaimana letupan letupan di jantung gue ketika itu terasa menyiksa, dan gue yakin mama pun merasa hal yang sama. Sakit kehilangan dan kenyataan bahwa papa telah menyakitinya yang membuat mama sangat membenci laki-laki itu. Kebencian itu yang saat ini terlampiaskan ke gue. Tak apalah, mungkin itu yang membuat mama sedikit lega.

@@@@@

“Teeennnggggggggg”
Suara-suara gemuruh siswa-siswa SMA pecah setelah bel pulang berbunyi. Dari suara-suara itu gue menangkap satu suara yang udah gak asing. Yeh suara hp gue, ada sms. Pasti si nira. Sebelumnya gue sama dia udah janjian mau ketemu hari ini. Maklum, kita berbeda sekolah semenjak tamat SMP waktu itu. Sulit sekali untuk mendapatkan teman yang benar benar bisa membuat gue nyaman seperti si nira. Salah satu yang gue inget, dia bahkan langsung mendatangi gue setelah gue bilang gue jatuh di kamar mandi yang cukup membuat gue gak bisa jalan saat itu.
“gue udah di depan sekolah lo nih” sms nira
Gue langsung bergegas menuju gerbang sekolah, agak sulit menemukannya, karena jam pulang sekolah baru saja berbunyi dan semua siswa sibuk berkeliaran di sekitar gerbang.
“Mel!! Mel!! Amel!!” teriak nira dari jauh
“eh itu dia si nira”
“lama lo, ayo temenin gue makan!”
“udah cepet tau jalannya, ehh jangan ditarik gini tangan gue!”
Dengan kasarnya nira menarik tangan gue, dan udah lebih dari 3 orang yang gue tabrak gara-gara tangan gue ditarik.
“mas, mas”
“iya pesan apa mbakk?”
“mie ayam 2 yaa”
“minumnya?”
“saya es teh manis, lo mel?”
“es jeruk yaa mas”
“oh, iya tunggu sebentar ya mbak”
Makanan favorit gue dan nira ya disini, di mi ayam “RAHMAT” mie nya enak banget (haha promosi). Udah gak sabar mau cerita banyak ke nira, frekuensi ketemu kami paling hanya 2 minggu sekali. Itupun kalau masing masing tak punya acara. Sekolah membuat kami berdua lebih sibuk dari jam kerja oranng dewasa. Terkadang aku harus bergadang untuk menyelesaikan semua tugasku. Tapi karna frekuensi yang kecil itulah kami tak pernah kehabisan bahan cerita setiap kami bertemu. Meskipun hanya dua jam atau tiga jam, itu sudah cukup untuk menceritakan segala hal. Buat gadis remaja seperti kami memang tidak jauh dari urusan cowok, tapi kadang gue juga suka menyinggung urusan keluarga dan sekolah penjara itu. Gue menganggapnya begitu karena hampir sepenuhnya hidup gue buat sekolah, hah gila gak tuh. Padahal dulu sewaktu SMP yang gue bayangkan tentang kehidupan di SMA adalah “BEBAS”. Jalan –jalan ke Mall, punya pacar, banyak teman, yaaaa segalanya yang menyenangkan seperti yang sering gue lihat di televisi. Tapi itu gak berlaku di kehidupan gue, bahkan yang setia disamping gue setiap waktu hanyalah buku. Bukaaaannn, bukan untuk membaca, gue gak terlalu suka itu. Hanya untuk menyelesaikan tuntutan tuntutan sebagai seorang siswa. Salah seorang teman gue pernah bilang “gue kangen masa masa SMP, masa masa pintar tanpa belajar” walaupun agak sombong, tapi sepertinya gue juga merasakan hal yang sama.
“heh!! Bengong aja lo” tiba tiba nira menepuk bahu gue
“eh apaan sih, kaget tau ra”
“ya lagian lo bengang-bengong kayak gitu, mikirin gue?”
“haha (tertawa maksa) ngelawak lo?”
“ya terus mikirin apaan dong?”
“sebel gue, di omelin mulu dirumah”
“yeh masih aja dipikirin, bukannya udah kebal sama omelan nyokap lo mel? Udahlah gak usah diambil hati, mending abisin tuh makannan lo, entar keburu dimakan kucing”
“ya tapi kan bosen ra, capek kali diomelin terus,”
“ya dirumah kan Cuma ada lo sama ade lo mel, masa nyokap lo mau marah-marah sama si fahmi, kan kasian.”
“yah? Terus gak kasihan gitu sama gue?”
“seengganya lo udah dewasa mel, udah bisa berfikir rasional kan kenapa nyokap lo kayak gitu?”
“tapi kadang kadang gue suka gak terima ra kalo semuanya dilampiasin ke gue”
“hidup kan gak selamanya kayak apa yang kita mau. Tapi gue yakin kita bakal bahagia kalau kita udah ngebahagiain orang yang kita sayang mel, gak ada yang bisa nandingin puasnya membahagiakan mereka, apalagi nyokap lo mel, yang lo sayng banget kan? Sabar ya, mungkin saat ini harus ngalah dulu. Ada saatnya lo bahagia mel”
“hah, thanks ya ra, untung ada lo men”
“hahaaa iya iya udah ah serius amat, terharu lo denger gue ngomong kayak gitu?”
“ih apa sih, hahahaaaa. Gimana rully ra?”
“lost contact mel, hah ga peduli lah gue sekarang”
“emang bisa lo ga peduli lagi?”
“engga sih, hehe. Tapi udah punya pacar lagi dia mel. Sungguh teganya teganya teganya” dengan gayanya yang lebay nira masih sanggup menutupi sakit hatinya. Padahal gue tau sebenarnya engga sesederhana itu yang dia rasakan.
“cepet banget??????”
“udah ngincer dari dulu kayaknya, tapi baru berani memproklamsikan setelah putus sama gue, udah ah males sedih sedihan.
“hehe iya yaudah yuk balik, ade gue sendirian dirumah.”
@@@@@
“tengnongneng (suara bunyi sms)”
“Siapa sih malem malem sms”
08568393xxx
“amelllllll!!! Eh neng ini gue arga. Save nmr baru gue yaaa, sorry sms malem malem ganggu”
Gue
“oh elo, haha iya gapapa. Iya iya gue save”
Arga (setelah di save)
“lah belom tidur?”
Gue
“iya lagi nunggu nyokap pulang kerja. Lo juga belom tidur? Besok sekolah woy jangan begadang terus”
Arga
“belom ngantuk gue mel, nyokap lo jam segini belom pulang? Lembur lagi?”
Gue
“ah haha iya lembur lagi. Kalo gue tidur entar gak ada yang bukain pintu kalo nyokap gue pulang.”
Arga
“sini deh gue aja yang bukain, haha”
Gue
“bokap lo ntar ngamuk dodol kalo tau malem malem lo kerumah cewek, wkwk”
Arga
“haha iya tau sendiri bokap gue bisa makan orangg kalo lagi ngamuk, eh gue jadi ngantuk mel. Tidur duluan yaaaaaa?”
Gue
“iya selamet tidur arga ”
Arga
“daaahhh”
“….”
“….”
“Ting nung”
Wah akhirnya mama pulang juga.
“mama ko lama banget sih? Jam setengah satu baru pulang”
“mama masih ada kerjaan, jangan bawel deh. Mama capek. Uadh sepet tutup sana gerbangnya”
“ih mama! Gak bagus banget perempuan pulang tengah malem, apa kata orang nanti”
“emang kamu makan dari orang? Dari mama kan? Gak usah banyak protes mama pusing. Yang pennting uang jajan tetep ada kan?”
“ah yaudah terserah mama deh!”
Kecewa banget sebenernya, bukan kecewa karena mama pulang pulang tengah malam atau marah-marah. Tapi kecewa sama diri gue sendiri, seharusnya gue gak nyusahin mama sampe mama harus pusing-pusing kerja sampai tengah malam. Ini bukan pertama kalinya mama pulang jam setengah satu, bahkan pernah mama pulang jam tiga pagi. Entahlah kadang gue sedikit curiga. Ah mikir apa sih gue. Gak seharusnya punya pikiran negatif ke mama.

bersambung..

Aku pun, ikut menghitung hari.  Menggeratak cara lain lagi bagaimana rela menjadi sekejap yang aku bisa. Seakan-akan di tepas kesakitan menu...