Friday 6 August 2010

Aku Menangis Mengingatmu, Ingat Kita, Ingat Masa Lalu

“…jadi elang yang aku sayang, sangat aku sayang :)”

Dan elang pun terbang berlalu meninggalkanku. Tanpa sedikitpun kata dari mulutnya. Aku tidak sedih karena aku tau ini yang akan terjadi, karena aku tahu elang.

@@@@@

Elang benar benar menuruti mau seya. Dia menghilang setelah pergi hari itu. sudah 3 musim berlalu dan seya tidak pernah melihat elang. Tidak ada yang tau ia ada dimana sekarang. Dan seyaa.. dia kerap merasa sesak didadanya jika mengingat elang. Perbedaan diantara mereka sudah menjadi tembok baja yang tidak mungkin dihancurkan dengan cinta mereka sekalipun.
Suatu hari ketika segerombolan burung merpati sedang berkumpul disebuah danau tua yang tersembunyi ditengah hutan, danau yang pertama kali membuat seya sadar betapa baiknya ode. Tiba tiba seekor merpati tua menghampiri seya, ia menyampaikan pesan dari seekor burung besar, ya siapa lagi kalau bukan elang. Elang berkata ia akan kembali dan seya harus menunggunya. Seya terkejut, wajahnya seketika memucat. Ode heran, kenapa seya begitu kaget mendengar pesan yang disampaikan si kakek tua tadi.

“siapa dia seya?” seya tersadar dari lamunannya. Mungkin ini saatnya ode tau
tentang elang.

“dia masa laluku ode”

“dia pergi kemana?”

“entah, aku yang menyuruhnya pergi”

ode sedikit bingung dengan pernyataan seya

“kenapa kau menyuruhnya pergi?”

“karena aku memilikimu” tatapan seya sekejap menjadi kosong, ia masih memikirkan
pesan elang yang disampaikan kakek tadi. Apa benar elang akan kembali? Hatinya sangat galau. Odepun hanya diam. Entah apa yang ada difikirannya. Siapapun tidak dapat menebak apa yang ode rasakan, malaikat itu hanya memfokuskan matanya pada genangan air danau yang hijau didapannya.

“kau masih mencintainya?”

Seya tersentak, tidak mungkin dia jujur dan mengatakan yang sesungguhnya. Itu akan menyakiti ode.
Akhirnya seya pergi, dan menangis. Ia tidak sanggup mengatakan kepada ode bahwa ia masih sangat mencintai elang.
Ode diam, tidak berusaha mengejar seya dan membiarkan seya pergi dengan hatinya yang galau saat itu.

@@@@@

Hari itupun tiba, elang kembali. Tidak bisa dipungkiri meskipun elang sangat dingin tapi dia bisa merindukan seya. Terlihat sekali dari caranya terbang menuju sarang seya, sepertinya elang sudah tak sanar untuk bertemu dengan merpati cantik itu.

“seya” panggil elang dengan nafas yang masih terengah engah karena terbang sangat jauh.

“kenapa kau kembali?” tanpa basa basi seya langsung bertanya pada elang, sambil menahan air matanya. Melihat elang membuat dada seya kembali terasa sesak.

“aku tidak akan pernah meninggalkanmu”

“tapi itu bukan permintaan, itu keputusanku. Kau harus menghargai itu.”

“apa ode sudah benar benar menggantikan aku dihatimu?”

“tidak perlu tahu, cepat pergi!!”

“...” Elang diam, dia tidak mau pergi, tiba tiba dia mendekat ke arah seya, dan memeluknya. Dan air mata seyapun akhirnya tumpah.

“kita berbeda lang, seharusnya kau ingat” sambil terisak seya tetap berusaha
mengelakkan perasaannya.

“aku tidak peduli mau kau merpati atau unta sekalipun”
Akhirnya seya luluh dan tenang di pelukan elang

@@@@@

“hey betinakuuu” panggil ode dari bawah pohon

“ada apa ode?”

“ayo kita ke danau”

“tunggu sebentar ya, aku akan segera turun”

Sesampainya disana, seperti biasa mereka berdua bermain, berputar mengelilingi danau dan singgah di batu besar dipinggir danau.


“seyaaa”

“ya ode?”

“aku ingin kau tahu sesuatu”

“apa itu?”


“aku cinta padamu, hahahahhaha” ode tertawa dan mengoyang goyangkan ekornya di wajah seya.

“haha ekormu jelek”

“hehe, kau lebih jelek”

Seya menunduk, mereka terdiam dan sama sama melamun.

“pergilah seya”

“kemana? bukankah kau yang mengajaku kesini”

“pergilah, temui elang, dan kembali padanya”

“TIDAK MAU”

“jangan membohongi dirimu sendiri”

“aku menyayangimu ode”

“tapi tidak mencintaiku, kau yang pergi atau aku yang akan pergi?” paksa ode

Lagi lagi seya diam, matanya mulai berkaca
Setelah sekian lama mereka hanya diam akhirnya ode pergi.. terbang meninggalkan seya

@@@@@

Semua tempat sudah didatanginya, tapi seya tetap tidak menemukan ode. Tubuhnya terlihat lusuh, entah sudah berapa kali ia tidak mandi, hatinya sakit. Namun itu bukan karena ode meninggalkannya. Tapi karena ia merasa menyakiti ode. Burung ia anggap malaikatnya.
Suatu hari seya memutuskan untuk ke hutan, mencari elang, agar semuanya jelas. seluruh hutan telah ia telusuri tapi tidak ada elang dimana mana. Seya mulai menyerah, tubuhnya sudang sangat lelah. Dia menganggap mungkin lebih baik seperti ini. Lalu seya pergi ke sungai, membasuh tubuhnya dengan air. Setelah itu ia pergi ke danau, tempat dimana hatinya bisa tenang.


“tuuuk” tiba tiba ada yang melemparkan batu ke sayap seya.

“aduuuhh, siapa itu?”

“hey bau sedang apa kau sendirian disini?” seya terkejut, dia sangat mengenali
suara itu. seya hanya menunduk, dia tidak sanggup untuk melihatnya.

“untuk apa kau kesini?”

“menemuimu”

“tahu dari mana kau aku ada disini?”

“aku tau segala hal tentang dirimu seya”

“elang..”

“ada apa?”

Bagaimana caranya agar kau tidak mencintaiku lagi?”

“haha pertanyaan bodoh”

“jawab!!”

“kau harus mati dulu baru aku mau mencintai burung lain, hahahahaaa”

“apa perlu aku mati?”

“coba saja kalau kau berani, dasar bauu :D”

Seyapun pergi meninggalkan danau itu, dia pergi ke hutan dan melahap habis sebuah jamur, ia tau jamur itu akan mematikannya. Tidak peduli rasanya enak atau tidak. Dia hanya ingin cepat cepat mati saat itu. beberapa saat kemudian elang pergi menyusul seya. Dia menelusuri hutan dan akhirnya menemukan seya tergeletak lemah di
atas tanah.

“seyyyaaaa!”

“elaang..” dengan suara yang hampir tidak terdengar, spertinya racun ditubuh seya
sudanh mulai bekerja dan menggerogoti tubuhnya.

“kau sangat bodoh!”

“yaa aku bodoh karena mencintaimu :’)”

“kenapa melakukan ini?”

“kau yang bilang akan berhenti mencintaiku jika aku mati, sampaikan salamku untuk
ode jika suatu saat kau bertemu dengannya, selamat tinggal elang”
Dan seketika nafas seya berhenti, elang hanya bisa ternganga melihat seya yang sudah tiada. Dia tidak menyangka seya akan melakukan itu.

@@@@@

“kau tahu seya, aku menangis mengingatmu, ingat kita, ingat masa lalu. Selamat tinggal merpati kecilku :’) aku tahu sebesar apapun cinta kita, kau tidak akan pernah menjadi milikku.
Itu sebabnya aku melakukan ini, selalu menjauh darimu, aku tidak mau membuat otakku berharap terlalu besar temntang apa yang tidak akan mungkin terjadi”


with ♥ elang

T A M A T

Tuesday 3 August 2010

Aku Seya, Merpati yang Kuat

“sudah jangan menangis, bisa apa kita? Kau elang, sedang aku hanya seekor merpati” sembari aku mendekatinya. Haha bodohnya aku berharap dia akan merangkulku dengan sayap lebarnya. Elang, aku tahu dia tidak akan melakukannya. Dia justru membuang mukanya dari hadapanku.

“kenapa kau selalu seprti ini elang?”

“seperti ini bagaimana seya?”

“”sifatmu aneh, bahkan aku ragu kau benar benar mencintaiku”

Elang diam, lagi

“kenapa baru sekarang kau datang? Setelah aku sudah bersama ode”

Elang tetap diam. Andai kau tau elang ini sangat terasa sakit

“maafkan aku seya, aku akan berubah”

“berubah untuk apa? Sudah terlambat lang. aku tak mungkin meninggalkan ode.”

“Aku akan menunggu seya..”

“sampai kapan?”

“sampai kau mau bersamaku lagi”

“elang..”

“ya?”

“maafkan aku :( “

“tidak perlu seya, ini kesalahanku”

Elang memelukku, hangat sekali.

@@@@@

Hari itu berlalu, aku dan ode tetap baik baik saja. Setiap hari aku mencari makan bersamanya. Ia selalu menemaniku, melindungiku. Bahkan dia tau jika aku sedang tidak ingin didekatnya. Dia tak pernah muncul dihadapanku setiap aku merasakan itu. Ode seperti malaikat.

“seyaaa. Kenapa melamun?”

Eh kau ode. Tidak, aku hanya sedang berfikir”

“memikirkan apa?”

“kau :)”

“aku?”

“yaa kau sayang” sambil mengedipkan sebelah mataku

“haha bisa saja kau seya :D , kau sudah makan?”

“belum, ayo kita ke belakang bukit disana, kemarin aku melihat banyak makanan”

“ayo aku juga sudah lapar” dengan semangat nya ode menggiringku agar cepat terbang

“ayo seya.. kamu lama sekali” sambil memeletkan lidahnya ke arahku.

“tunggu aku, heeyyy!!”

Kami tertawa.. aku suka tawanya. Renyah di telingaku. ode.. aku menyayangimu.
Sesaat terpintas di otakku, kapan aku bisa seperti ini bersama elang.

Mungkin burung lain menganggap aku jahat karena mencintai elang di belakang ode. Siapapun tidak akan mau peduli aku tidak pernah merencanakan perasaan seperti ini. Aku tidak pernah ingin menyakiti ode, malaikatku. Tapi aku menyayangi elang. Ya tuhan, bolehkan aku memohon untuk tidak mencintai keduanya?

@@@@@

Ode sakit parah. Aku panik, aku mencari obat kesana kemari, tapi tidak menemukannya. Aku ingat ibu pernah bilang ada tumbuhan untuk mengobati semua penyakit dihutan. Dan itu tempat biasa elang bermain bersama teman temannya.
Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke hutan, mencari obat untuk ode. Aku berharap dapat bertemu dengan elang, sudah seminggu tidak bertemu dengannya, Setelah kejadian waktu itu. Aku bingung apa yang dimaksud dengan janjinya untuk berubah, aku sama sekali tidak melihat perubahan pada dirinya.
Aku melihatnya, melihat elang bersama teman temannya.

“elang”

“elang”

“elang”

Berkali kali aku memanggilnya elang tetap tidak menjawab, mungki suara ku terlalu kecil. Tapi tidak, dia melihatku. Kami sempat bertatap mata.
“e...” belum sempat aku memanggilnya lagi, elang sudah berlalu pergi. Aku tidak ingin berfikir apa apa lagi tentang elang. Mungkin dia memang tidak melihatku. Dan sekarang aku harus meneruskantujuanku untuk mencari obat. Ode kau harus sembuh, aku akan mencari obat untukmu sampai dapat, aku tidak mau kehilangan malaikat sperti kau.
Setelah berjam jam aku mengelilingi hutan akhirnya aku mendapatkan obat itu, dan bergegas ke sarang ode. Aku akan merawat ode sampai ia sembuh, aku berjanji.

@@@@@

Ini sudah sebulan setelah elang memelukku, aku masih ingat saat itu dia berjanji untuk berubah. Yaa dia memang telah berubah, semakin jauh. Kami sering bersama dalah satu hutan, tapi dia tidak pernah mau melihatku. Elang selalu terbang setiap aku mencoba menghampirinya. Itu sudah berkali kali bahkan hamper setiap aku sengaja datang menghampirinya ke hutan. Hanya sekali dia menyambut kedatanganku, itupun karena aku membawakannya makanan. Yang membuatku sedih bukanlah sikap elang pada ku, tapi ketidakpastian yang sejak dulu aku terima darinya. Mungkin ini juga salahku yang telah menghadirkan ode diantara kami.
Suatu hari elang mengunjungiku ke sarang, dia mengajakku kehutan. Aku ragu, apakah benar ini elang?

“elang…” aku memulai suara agar elang mau bicara

“aku merindukanmu..”

“aku juga seya”

“kenapa kau selalu menghindariku?”

“saat itu aku sedang sibuk”

“sampai melihatku saja kamu tidak mau?”

“tidak begitu”

“sudahlah, aku tau”

“kau tau apa?”

“aku tau dirimu”

@@@@@


Seharian kami bersama tapi elang hanya mengeluarkan sedikit sekali suaranya. Dia lebih sering diam seperti burung yang gagu.

“ada yang ingin aku katakan elang”

“katakan saja”

“sudah lama lang aku ingin mengatakan ini, aku sempat berfikir untuk meninggalkan ode dan memilih untuk bersamamu. Tapi yang aku rasakan membuat aku berfikir dua kali untuk melakukannya, ode seperti malaikat untukku. Dan aku menyayanginya. Dan kamu yang membuat aku semakin menyadarinya. Aku berharap ini hanya perasaanku saja, entah kenapa kau selalu menghindar dari ku. Aku tahu kau tau aku selalu menghampirimu ke hutan, tapi kau selalu pergi, setelah melihatku. Aku merasa kau tidak peduli padaku, itu yang membuat aku mnerima ode di sisiku. Maaf kalau kau menganggap aku berlebihan. Kalau aku boleh memilih untuk menjadi temanmu, aku kaan memilih itu saja. Aku iri pada teman temanmu, aku iri bisa sebegitu kenalnya dengan kau elang.
Kau hanya mencintaiku, tidak menyayangiku. Dan aku tetap tidak mengerti caramu mencintaiku. Mungkin aku akan menyesal, tapi aku lelah, tinggalkan aku elang, tinggalkan aku yang jauh. Terimakasih karna kau sudah pernah mencintaiku, tempatmu dihatiku tidak aka nada yang menggantikan elang, tetap disitu,jadi elang yang aku syang. Sangat aku sayang :’) ”

Dan elang pun terbang berlalu meninggalkanku. Tanpa sedikitpun kata dari mulutnya. aku tidak sedih, karena aku tau ini yang akan terjadi. karena aku tahu elang.

Aku pun, ikut menghitung hari.  Menggeratak cara lain lagi bagaimana rela menjadi sekejap yang aku bisa. Seakan-akan di tepas kesakitan menu...