Tuesday 28 September 2010

Berhenti

Berlari
melompat
berguling
teriak
memukul
menendang
mencaci
dan memaki
semua tanpa lawan

sesungguhnya dibalik ketidak pedulian sebuah kata, justru mata yang selalu berbicara
meski terkadang air membuat suara tidak jelas dan semakin tidak menentu.

Darah yang seolah olah mendidih, meraung, berusaha berkata dan terus berteriak. Sayangnya getaran mereka jauh melebihi batas kemampuan telinga manusia.

Bersembunyi didalam ketakutan, meraba apa yang setidaknya masih bisa tersentuh oleh selembar tipis kulit ari.
Hanya rangkaian dari ribuan huruf tetapi mampu membuat darah darahku kembali berteriak, menangis karena kulit ari terluka. Meskipun itu hanya bagian terluar. Karena sesungguhnya jauh didalam aku sangat kuat.

Tapi kembali, aku bersembunyi dalam sebuah ketakutan, memusatkan fikiranku pada sebuah logika tentang cinta. Tentang apa yang ingin diceritakan oleh darahku sampai mereka harus berputar, berlari, menyiksa diri mereka menyapa jutaan meter pembuluh pada setiap hembusan nafas.
Saat bulu bulu tipis diatas setiap kulit ari ku ikut melindungi dari goresan luka, sesungguhnya aku tahu mereka lelah, karena itulah aku ingin berhenti mencintaimu

Sunday 26 September 2010

Karena Aku Suka September

“apa yang kamu fikirkan tentang hujan?”

“tidur”

“hah, sederhana sekali pendapatmu tentang hujan”

“lalu apa? Air? Kesedihan? Atau langit yang sedang menangis? Ah itu kuno. Jangan ikuti gaya para penyair saat mereka sedang membuat puisi. Buatlah apa yang kamu fikirkan menjadi apa yang akan kamu utarakan. Saat hujan aku selalu ingin tidur. Jadi itulah makna hujan untukku”

“memangnya siapa yang bilang aku memaknai sebuah hujan sebagai tangisan dan kesedihan. Jangan sok tahu. Bagaimana kamu bisa mengetahui sebuah pendapat jika belum belum kamu sudah mengatakan apa yang sesungguhnya hanya ada dipikiranmu”

“lalu apa?”

“hujan itu bermain payung”

“hah? Hahah itu lebih konyol dari tidur. Apa maksud kamu tentang bermain payung? Umurmu sudah 16 tahun fira jangan seperti anak kecil yang sukanya bermain payung dan hujan hujanan diluar. Aku akan berpura pura tidak mengenalmu meski kamu jatuh, rambutmu rontok, payungmu terbang, kakimu hilang, bajumu lepas sekalipun”

“ihhhh kamu jahat banget. Aku hanya suka bermain payung. Tidak selebay apa yang barusan kamu katakan. Lagipula siapa juga yang mau orang lain tahu aku mengenal kamu. Aku tidak sudi punya teman seperti kamu. Jelek!”

“loh memangnya sejak kapan kita berteman? Kamu hanya tetangga yang umurnya lebih muda setahun dariku. Itu saja. Selebihnya kita tidak punya hubungan apa apa kan?”

“oh yaudah kalau begitu kenapa kamu masih dikamarku sekarang? Cepat pergi kalau tidak aku potong jari jarimu pakai gergaji! Cepaaaaattt!”

“hahaaaa akhirnyaaa, sebenarnya sudah sejak tadi aku ingin pergi dari sini wek :p”

“oteeeeengggggg jangan pernah minta makan lagi kesini!!!!!!!!!!”

*****

“oteeeenngggg cepet kita udah terlambat nanti ga boleh masuk sama pak satpam”

“iyaa bawel siapa suruh tadi gak bangunin, biasanya tiap pagi rame banget membangunkan aku lewat telfon”

“aku kan lagi marah jadi untuk apa bangunin kamu”

“dihhh yaudah gausah bareng naik motor sama aku, naik ojek sana”

“ih kok gitu, kamu mau aku bilang sama mama kamu kenapa rena hamil?”

“heh! Berisik banget yaudah cepetan turun. Eh iya satu lagi rena hamil bukan gara gara aku woyyy!”

“ihh masih aja mungkir diakan pacar kamu yeee”

“GA PEDULIIII! Cepetan turun aku tunggu dibawah. Lama lama kaca jendela kamar aku bisa pecah kalo tiap hari denger kamu teriak teriak”

“woo emang jendela kamu aja yang pecah, jendela aku udah 3x ganti kaca gara gara kamu tau”

*****

“sedang apa sendirian disini?, menangis lagi? Pasti gara gara tio lagi kan?”

“aku putus”

“wah berita bagus hahaha akhirnya mata batin kamu terbuka juga. Aku udah capek bilangin kamu.”

“dia selingkuh tenggg, tio jahat”

“tuh kan aku bilang juga apa. Makanya jadi perempuan jangan terlalu bodoh sampai mudah sekali tertipu. Gunakan otakmu, jangan hanya mau menjunjung tinggi perasaan yang sebenarnya hanya emosi. Pakai logika! Bodoh!”

“SUDAAAAAHH! Aku sedang sedih jangan memarahiku lagi. Cepat kamu pergi saja! Aku gak mau lihat muka kamu”

“maaf”

“engga”

“firaaaa”

“apa?!”

“ayo kita main payung diluar, hujannya deras pasti seru”

“engga”

“ra, maaf”

“jangan peluk aku”

“aku gak akan lepas kalau kamu masih marah”

“aku sedang sedih kenapa kamu tambah membuatku sedih :(“

“iyaa maaf yaa aku janji akan mencukur semua rambut yang ada di tubuh pria brengsek itu, sampai dia terlihat botak seperti ayam yang baru dipotong”

“hehehe jangan berkata seperti itu, aku jadi langsung membayangkannya”

“haha lalu aku gantung di tiang bendera sampai dia matang dipanggang matahari”

“haha iya kemudian malamnya kita kasih ke kolor ijo yang sedang lapar biar dia memakan tio sampai habis”

“iyaaa :)”

“tapiiiiii”

“apa?”

“inikan September, dan selalu hujan. Mana mungkin ada matahari”

“yaudah kita awetkan aja dulu”

“haha iyadeh tapi dirumah kamu yaa aku ga mau mengotori rumahku”

“ih enak aja, kasih aja dia ketukang daging”

“haahahaa iyaaa, oteeeng ketek kamu bau jangan peluk lagi cepat lepas”

“iyaaa bawel, udah gak sedih lagi kan?”

“iyaa engga ko”

“yaudah aku pulang yaaa, daaah”

“daaah”

*****

“TAARAAAAAAAA”

“apaan nih? Siapa yang ulang tahun?”

“memangnya kalo bikin kue harus ada yang ulang tahun”

“ya engga sih, tumben aja ra. Buat siapa?”

“ya buat akulah”

“terus kenapa dibawa kesini?”

“bantuin aku yaaa”

“bantu apa?”

“bantu menghabiskannya”

“waahh ini baru bagus, sini!”

“hehe iyaa iya ini, kamu lagi ngapain ko kayaknya lagi berfikir keras, kan jarang jarang kamu mikir”

“woo enak banget kalo ngomong, aku lagi inget inget siapa aja nama cewek aku disekolah”

“haha makanya punya cewek jangan kebanyakan, ko tumben? Undah insaf teng? Ah gak yakin deh aku mana mungkin orang kaya kamu bisa inshaf, gak mungkiiiin gak mungkinnnnn”

“ih apasih jangan sok tau deh, bukan aku yang mau macarin mereka, tapi mereka yang rebutan jadi pacar aku. Kamukan tau sendiri aku paling ga bisa tegas nolak cewek, jadiiii yaaa terima aja semuanya”

“terus buat apa diinget inget? Bukannya kamu udah ga peduli sama mereka?”

“iya justru itu, elsa bilang kalo aku mau jadi pacarnya aku harus mutusin semua pacar aku ra”

“hah jadi gara gara si elsa, emang seberapa cantik sih si elsa sampai segitunya kamu ngerelain cewek cewek kamu yang bnayak itu”

“cuuuuaaanntiikk banget fir, levelnya dewa banget deh”

“oh”

“looohh mau kemana?”

“pulang”

“kuenya?”

“abisin aja sendiri”

“kan ujaannnn”

“aku bawa payung”

“oyaudah dadaaaahh muaaah cintaku hati hati yaaa haha”

*****

“firaaaaaaa”

“yes aku diterima sama elsa hahahaaaaaaa”

“oh selamat ya”

“mau aku traktir apa nih?”

“ga usah”

“ayooo jangan malu malu”

“gak mau aku gak laper, pulang sana aku ngantuk.”

“yah mentang mentang ujan pengennya tidur mulu”

“bukannya kamu juga gitu?”

“iyasih hehe”

“yaudah sana pulang”

“iya iya muah”

“HEEEEHH jangan cium cium jidat nanti aku bisa jenong gara gara kamu”

“hahaaa bodo”

“huh”

*****

“haloo”

“heh bangun”

“iyaaaa -_____- tumben kamu yang bangunin”

“iyadong”

“paasti ada alesannya”

“iyalaah”

“apa? Nanti sarapan dirumah aku ya teng. Aku bikinin nasi goreng yang enak”

“heem kayaknya gabisa ra, aku mau bareng elsa pagi ini. Kamu sama papa kamu aja ya berangkatnya?”

“tut tut tut tut”

“yah kok dimatiin, bodo ah”

*****

“teng ayoo pulang aku laper”

“ra kamu pulang sendiri dulu yaa? Aku mau pergi sama elsa maaf yaa tayangkuuu”

“ah yaudah seterah!”

“terserah raaaa”

“iya itu!”

*****

“ngapain kamu kesini?”

“mau minta makan, dirumah gak ada makanan. Ujan bikin laper deh -,-”

“yaudah sana makan”

“galak banget sih”

“bodo”

“kamu marah ra?”

“engga”

“terus kenapa gak jadi galak?”

“bukannya biasanya juga galak? Kan sama kayak kamu”

“tapi beda”

“…”

“…”

“…”

“raaaaaaa”

“sayang banget sama kamu sampai gak rela kamu punya orang lain”

“hah haha karna itu haha kamu cemburu yaaaaaaaaa ”

“engga”

“hahahahahahhahahah”

“kenapa ketawa?”

“pengen aja”

“oohh”

“sini”

“ngapain?”

“mau dipeluk gak nih?”

“gak”

“udaah sini ah”

“hemmm”

“elsa itu cuma pacar ra, sebentar lagi juga putus. Aku juga sayang banget sama kamu sampe gak rela ada orang yang nyakitin kamu. Aku gak mau minta kamu jadi pacar aku karna aku gak pernah mau putus sama kamu sayang. ”

“teenggg :(“

“ini tanggal berapa yaa?”

“30 kenapa emangnya?”

“September sebentar lagi berakhir loh ra”

“iyaaa”

“kenapa sedih gitu mukanya?”

“aku gak mau September berakhir”

“kenapa?”

“karna aku suka September”

Saturday 25 September 2010

myEVERYTHING

Terlelap, hangat, lelah
nyaman, tenang, penuh cinta
tak terjaga dalam malam. Hanya beberapa saat dan kembali membuka mata
peluh menetes sebelum mentari terlihat. Gelap, dan gemericik air menjadi suaranya.
Aku sungguh yakin dibalik warna merah yang merona ia menyembunyikan segumpal besar rasa lelah.
rangkulan hangat ketika ia kembali menginjakan kaki dilantai rumah, sedikit mengeluh karena buah hatinya sudah sulit untuk dipeluk.
Tapi tetap tersenyum meskipun hatinya merindukan masa lalu yang kecil.
Ibu...

Tuesday 21 September 2010

Aku Ingin Menyentuh Pelangi

Gadis itu menangis sesunggukan, tidak ada yang mendengar. Tidak ada yang datang untuk menenangkannya. Kekecewaan yang dirasakannya hanya bisa diungkapkan dengan air mata. Mimpi yang membuat ia kembali menangis, mungkin sepele untuk mereka yang sudah dewasa atau beberapa anak kecil yang memiliki uang banyak untuk mewujudkan semua impiannya. Rere, gadis itu selalu bermimpi untuk menyentuh pelangi. Berjalan di atasnya dan berujung di sebbuah istana di atas awan. Seperti cerita dongeng yang sering diceritakan teman temannya sehabis mereka menonton televisi, salah satu benda yang juga tidak dimiliki Rere. Rere hanya bermain dengan boneka kecil yang dibuatkan ibunya dari kain bekas, memang bukan penjahit yang handal, oleh karena itu Rere sering di ejek oleh temannya karena masih saja menyimpan boneka butut dan aneh itu. meskipun begitu Rere tidak pernah membiarkan bedut kotor, yaa begitulah Rere memanggil boneka buatan tangan ibunya, sebelum ia ditinggalkan seorang diri oleh ibunya untuk pergi ke kota mengadu nasib.

Rumah panggung kecil yang terbuat dari kayu itulah satu satunya yang melindungi Rere saat ini. Rumah yang tadinya masih kokoh saat ditinggalkan oleh ayah Rere. Seorang pahlawan yang merelakan nyawanya dimedan perang. Meninggalkan istri dan seorang bayi mungil yang cantik dan sederhana dengan wajahnya yang terlihat teduh. Bayi yang ditinggalkan itu sekarang sudah menjadi gadis kecil yang hebat. Yang awalnya terpaksa belajar memasak untuk dirinya sendiri, dan seorang kakek yang sudah lumpuh termakan waktu. Usianya yang sudah senja itu tidak lagi memungkinkan dirinya untuk mengurus Rere seperti yang diamanatkan oleh ibu Rere setahun silam.

Amanda Regina, gadis kecil yang periang itu sudah berusia 7 tahun sekarang. Usia yang masih sangat kecil untuk ditinggal seorang diri di rumah yang hampir mendekati hutan. Ia sering menangis saat hujan turun dengan cahaya yang terlihat jelas dari jendela rumah Rere, dan suara yang begitu keras yang terdengar dari awan. Temannya pernah bilang itu adalah suara awan yang sedang bertengkar dan akan memangsa anak anak yang sedang sendirian, tangisan Rere semakin keras setiap dia mengingat perkataan temannya itu. Rere takut sendiri, tapi ia lebih takut jika harus pergi kerumah kakek pohar. Kakek itu selalu memarahi Rere dan Rere tidak pernah tau apa sebabnya. Itulah yang membuat Rere lebih memilih dirumahnya sendiri memeluk boneka bedutnya, menangis dan terus menangis karena ketakutan hingga akhirnya Rere terlelap ditempat tidur nya yang tua dan kusam.

******

Pagi ini matahari sepertinya sedang bahagia, Rere pergi kesungai dan membawa beberapa rok nya untuk dicuci. Ia tidak pernah lupa membawa bedut di kantung bajunya. Ukuran boneka itu tidak terlalu besar sehingga Rere tidak sulit untuk membawanya kemana mana. Dan diperjalanan pulang Rere bertemu dengan galuh sahabatnya.

“Rereeeee..”

“Ehhh galuh apa itu yang kamu bawa?”

“tadi aku mencuri kue mamaku, makanlah kamu pasti belum sarapan yaakan?”

“tidak ah nanti aku dimarahin sama mama kamu”

“makanya cepat kamu bawa pulang re biar mamaku gak lihat”

“heem oke deh aku emang laper sih hehee”

“huuhh dasar malu malu kucing” sambil tangannya menjitak kasar kepala Rere

“aduuuuhh!!!”

“hahahahahaahahahah dadaaaahhhh” dan galuh pergi berlari pulang. Sebenarnya ia
ingin berlama lama bersama Rere, tapi ibunya akan marah jika tau galuh bersama Rere, gadis yang dianggap tidak jelas latar belakang keluarganya. Bahkan tidak sedikit tetangga yang memperlakukan Rere sama seperti ibunya galuh.

Meskipun begitu Rere senang karena hari ini ia tidak perlu memasak, galuh membawakan banyak sekali makanan untuknya. Galuh adalah sahabat Rere satu satunya, anak anak lain hanya mendekati dan berteman dengan Rere hanya jika membutuhkan bantuan Rere saja. Kadang kadang Rere tertawa sendirian jika mengingat cerita kehidupannya, itu seperti cerita yang ada ditelevisi seperti apa yang diceritakan galuh. Dimana gadis kecil yang sengsara dan tidak mempunyai teman akan didatangi oleh ibu peri seperti ibu perinya Cinderella meskipun sebenarnya Rere tidak pernah tau bagaimana wujud Cinderella yang sering dieluh eluhkan cantik oleh teman temannya. Tapi Rere bersyukur tidak mempunyai ibu tiri dan saudara jahat seperti Cinderella.

Galuh sangat merindukan Rere, begitupun dengan Rere. Ia selalu sendirian dan berharap galuh datang saat itu untuk menemaninya. Tapi ibu galuh adalah wanita yang sangat keras, jika ia sudah melarang, galuh tidak akan bisa berbuat apapun.

******

Hari ini meskipun hari masih siang tapi hujan membuat langit gelap seperti malam. Tapi Rere tidak menangis, dia malah tertawa, yaa tertawa sendiri. Rere teringat apa yang galuh lakukan jika ia melihat Rere menangis. Ia mengepakan tangannya seperti ayam dan bernyanyi potong bebek angsa. Dan saat itu Rere akan langsung tertawa.

“tok tok tok”

Rere terkejut mendengar suara itu, dia bukan cepat cepat membukakan pintu tapi justru mengumpat di bawah tempat tidur dan menenggelamkan suaranya supaya yang mengetuk itu menyangka tidak ada siapapun didalam rumah. Rere menyangka yang mengetuk pintu rumahnya itu adalah awan yang akan memakannya karena sedang bertengkar dan lapar.

Rere menangis lagi, ia takut, sangat takut. Ia tidak mau mati dimakan awan. Walaupun Rere berusaha tidak mengeluarkan suaranya, awan itu tetap saja mengetuk pintunya.

“tok tok tok, Rereeeee”

Suara itu, Rere mengenalnya. Itu galuh, terlihat senyumnya begitu lega setelah mengetahui itu adalah galuh. Rere kemudian cepat cepat membukakan pintu.
“Rere kamu menangis lagi?” melihat bekas air mata diwajah Rere galuh langsung menegurnya

“iya gara gara kamu”

“loh ko aku?”

“iya aku kira kamu awan yang mau memakan aku”

“hahahahahaahahahaha bodoh masih saja percaya cerita itu”

“memangnya itu bohong?”

“haha tidak tidak, itu benar kok”

“terus kenapa kamu ngetawain aku?”

“karena muka kamu jelek kalo nangis”

Rere langsung menghapus air matanya, ia tidak mau di ejek jelek oleh galuh.

“kamu kenapa datang? Inikan lagi hujan, nanti mama kamu marah”

“engga kok, mama memperbolehkan aku datang kerumahmu”

Rere heran, baru pernah galuh diperbolehkan mamanya untuk main kerumah Rere.

“hmm kita main apa yaa”

“re aku mau bilang sesuatu ke kamu”

“aku sudah tau”

“tau darimana?”

“kamu sering bilang kayak gitu, kamu mau bilang aku jelek kan? Aku ttauuuuuuu >,<”

“haha bukan”

“lalu apa? Aku cantik yaaa :D”

“aku mau pergi”

“kemana?”

“mama mau menyekolahkanku dilampung”

“lampung itu dimana?”

“itu tempat yang sangat jauh”

“jauhnya seperti ke langit?”

“engga lebih jauh lagi kayaknya”

Dan saat itu pula Rere menangis lagi tidak peduli akan terlihat jelek oleh galuh, setelah ibunya pergi sekarang galuh yang akan pergi bahkan lebih jauh dari langit. Tempat dimana ada pelangi. Untuk menyentuh pelangi saja Rere tidak bisa, apalagi menemui galuh di tempat yang lebih jauh dari itu.

Galuh memeluknya, mengelus lembut rambut Rere. Ketulusan kasih sayang dua orang bocah kecil yang harus dipisahkan oleh jarak yang mereka saja tidak mengetahui seberapa jauh jarak itu membuat galuh ikut menangis. Dan pelukan seorang figur kakak untuk Rere tidak akan lagi dirasakannya.

*****

Hari itu tiba, galuh dan keluarganya berangkat kebandara. Sambil menangis Rere berlari kerumah galuh dan menggenggam erat bedut ditangannya, ia mengumpat di belakang ayunan sambil berjongkok dan melihat galuh pergi menaiki mobilnya. Rere menangis semakin keras, meskipun ia tidak mengerti apa yang membuatnya menangis.
Rere hanya takut sendirian lagi. Dan hujanpun turun lagi, September yang mendung sama seperti hati Rere. Ibu, Rere merindukan ibunya. Ia memeluk erat boneka yang ditinggalkan ibunya itu dan tiada hentinya menangisi galuh.

Rere meninggalkan ayunan itu dan kembali kerumahnya. Hujan semakin lebat dan awan masih saja bertengkar. Kabut menutupi jalan dan sekitar rumahnya. Rere terus menangis dan menangis. Menyatukan dahi dan lututnya sambil menggenggam bedut.
Samar terdengar suara yang sedikit tertutup oleh hujan.

“potong bebek angsa, angsa dikuali. Nona minta dansa dansa empat kali. Sorong
kekanan, sorong kekiri lalalalalalalaaalala”

Itu suara galuh, mereka berdua sama sama basah kuyup. Rere terkejut melihatnya.

“kenapa kamu kembali lagi?”

“aku cuma mau ngasih ini,….” Dan kecupan itu mendarat diatas pipi Rere.

“jangan pergi” dengan tatapan nya yang senduh dan berair Rere memohon agar galuh
tidak meninggalkannya.

“jangan menangis lagi yaa, kalau kamu masih menangis aku tidak akan kembali selamanya”

Akhirnya galuh berlari pergi dan ini benar benar pergi. Semakin lama punggung bocah itu semakin tidak terlihat dan hilang tertutup kabut. Rere bejanji tidak akan menangis lagi. Kasih sayang dua bocah kecil yang tulus itu menjadi pemicu besar yang membuat Rere berjanji tidak akan menangis lagi. Karena Rere masih ingin bertemu galuh, yaa mungkin nanti.

Thursday 2 September 2010

SMANSA

udah lama ga posting di blog, rasanya banyak banget yang mau gue ceritain. entah itu kesiapa yang penting gue udah berhasil buat ngeluarin semua yang ada di otak gue.
waktu rasanya udah semakin sempit aja. pulang sekolah, les, nyari tugas, ngerjain PR, tidur, itupun kalau hari hari biasa. pas bulan puasa ini bahkan mata gue kayaknya cuma sempet diistirahatin dua sampai tiga jam. belom lagi kalo ada ulangan dan mimpi mimpi tentang ilmu pelajaran yang menghantui gue tiap malem. aaaaa mau mati rasanya kalo inget itu semua. dulu imajinasi gue waktu SMP tentang kehidupan SMA gak kayak gini. yang gue bayangin adalah kesenangan kesenangan dan kesenangan, pake rok pendek rempel (sedengkul maksudnya) dijeput pacar dan yang paling penting itu TAS GUE ENTENG! ini mah ketemu pacar aja susah :( aahh elah.
STOP PENYESALAN!!!!!!!!
yang seharusnya gue lakuin itu bersyukur dengan apa yang gue dapet sekarang, SMANSA kehidupan ISLAMI dan semua yang berbau kebaikan.
Terus sekarang gue harus gimana? Sok sok jadi anak baik gitu? Ah itu buka gue entar jadinya :( jadi intinya sekrang gue belom nemuin jati diri gue gitu?
SUMPAH DILEMA BANGET
sekarang aja gue gatau lagi nulis apa.
Haha bego!
Cita cita gue sekarang pengen jadi pegawai bank, tapi itukan jatah nya anak IPS, gue mana bisa akuntansi. Lah ekonomi aja ga pernah dapet nilai diatas 8. Guru ekonomi aja udah afal banget muka gue kaya gimana. Udah pasti lah tiap ulangan ekonomi gue remedial mulu. Wkwk malu maluin. Maunya jadi penulis, pelukis, penari haha ga ada yg perlu pemikiran lebih banget cita cita gue haha tau ah :D gue jadi pusing sendiri. Intinya SECEPAT MUNGKIN GUE PENGEN PUNYA UANG SENDIRI. Mau ngajak mama jalan2 pake duit gue. Aaa gila impian banget. Semoga novel gue bisa diterima penerbit. Haha amin amin amin ya allah :)

Aku pun, ikut menghitung hari.  Menggeratak cara lain lagi bagaimana rela menjadi sekejap yang aku bisa. Seakan-akan di tepas kesakitan menu...