Friday 29 June 2012

Sahabat pena?

Dear shane,
Kamu tau shane, saat ini fikiranku seperti berputar, melayang-layang. Kadang aku merasa ini menyenangkan, tapi nyatanya justru yang aku rasakan adalah sakit. Apalagi kalau bukan.. Iya aku jatuh cinta shane. Dan aku percaya sekarang, bahwa bahagia itu sederhana. Seperti saat tanggannya menggenggamku dengan amat erat. Ini memang terdengar berlebihan, tapi itulah cinta. semua akan dibuat lebih olehnya. lucunya, saat itu aku berusaha setenang mungkin, padahal mungkin saja dia mendengar detak jantungku yang meletup-letup.
Apalagi saat tanpa sengaja aku masuk ke pelukannya, shane. sekarang justru aku yang bisa mendengar irama jantungnya. kalau boleh, sebenarnya aku ingin lebih lama berada di sana, di dadanya yang mungkin tidak terlalu berotot, tapi tetap nyaman. rasanya hangat..
Tapi kenyataan menyadarkanku terlalu cepat, tidak seharusnya begini. Mungkin kamu bingung kenapa aku bilang 'tidak seharusnya begini'. Ibaratnya seperti aku mencintai kakak tua yang ada di sangkar, bukan elang yang bebas di alam.

kamu harus tau,
Senyumnya, shane..
Aku selalu ingat senyum itu. Beberapa kali aku melihat keraguan yang sama di sana, apa mungkin perasaannya sama shane? Sama denganku? entahlah. dia seperti pemain yang pintar memainkan drama. kadang aku dibuatnya melayang, tersanjung, berbunga-bunga, ya apalah itu namanya, dan tiba-tiba aku dihempaskan lagi. ironisnya itu terjadi bukan hanya sekali.

Aku pernah terjebak di matanya shane. meskipun hanya sebentar, lagi lagi aku sangat bahagia karena kesederhanaan itu.
Satu hal yang selalu menjadi favoritku, matanya cokelat. sama seperti matamu, tapi cokelat miliknya lebih muda. Kadang aku berkhayal, andai saja mata indah itu bisa menatapku lebih lama. Aku hanya butuh 3 detik untuk mengatakan aku mencintainya. Meskipun hanya mata yang bicara.
Shane, andai kamu disini. Mungkin gak akan sesakit ini rasanya..

Love,

Lyn

Thursday 28 June 2012

Sejatinya Senja

Senja..

Ungunya malam mulai membaur seiring dengan tenggelamnya sang raja siang. Langit sangat cantik, kalau saja aku bawa kanvas dan beberapa kuas kesayanganku, tanpa ragu pasti aku salin kecantikan senja ke atasnya.

September.. mungkin sean lupa akan janjinya, setiap 30 september kami akan kesini. Ke balik bukit, dan menghabiskan malam memandang bintang, bersama kunang-kunang. Orang dulu bilang kunang kunang adalah lampunya orang yang sudah meninggal. Sean sering menakuti-nakitiku, bodoh saja. Aku lebih takut kehilangan dia ketimbang orang yang sudah meninggal.

Aku tidak mungkin lupa, pertama kali sean menggenggam tanganku, tawanya lepas. Puas mengerjaiku

Udara di sekelilingku tidak membawa suara dari manapun, sunyi. Tapi sesekali aku dengar ranting kering jatuh, mungkin karena tertiup angin yang sedang terburu-buru pulang. Aku selalu berhayal anginpun punya kehidupan seperti kita. Ada bapak angin, ibu angin, nenek angin, kakek angin, dan seterusnya. Aku membayangkan di atmosfer sana ada rumah yang juga terbuat dari udara. Bapak angin bertugas untuk bekerja, ibu angin memasak, dan anak angin bermain. Maka dari itu, setiap pagi dan sore, banyak angin yang berhembus kencang, itu karena bapak angin pergi dan pulang bekerja selalu terburu buru. Dan siang hari ibu angin memasak untuk suami dan anaknya karena itulah siang hari selalu panas, tapi tentu saja akan terasa sejuk kalau kita duduk di bawah pohon, di situlah tempat anak angin bermain. Hi..hihi aku geli sendiri jika mengingat imajinasiku yang terlalu liar.

“kamu disini?” suara laki laki dari arah belakang mengejutkanku. Meskipun sebenarnya aku kenal betul suara itu. Suara yang dulu milikku.

“sean..” tentunya wajahku tidak bisa berbohong menutupi keterkejutanku melihat sean benar benar datang, menepati janji kami.

“aku telat Ra?”

“hah eh engga yan,”

“kamu udah lama di sini?”

“baru kok,”

Sean langsung meletakkan tubuhnya di sampingku, di atas batang pohon yang sengaja ditebang dan dibelah dua secara vertikal untuk duduk, kami membayar orang untuk melakukannya, tepatnya dua tahun lalu.

Aku bahkan bingung mau memulai dari mana, selagi otakku menimbang nimbang apa yang sebaiknya aku ucapkan, setidaknya untuk basa basi, selama itu pula kami diam. Mungkin sean pun sedang berfikir sama denganku. Bingung mau bicara apa. Langit semakin ungu, orang orang desa sudah mulai menyalakan lampu. Cahaya matahari sudah tenggelam.

“kabar kamu gimana yan?” akhirnya aku putuskan untuk menanyakan kabar.

“baik, kamu ra?”

“hem.. lumayan,”

“lumayan baik atau lumayan buruk?”

“ya.. pokoknya lumayan,”

"kenapa lumayan? kenapa gak baik? atau kenapa gak buruk?"

aku kehabisan kata, Sean selalu tahu kapan aku baik-baik saja dan tidak. tapi petang ini terlalu indah untuk aku rusak dengan cerita yang sudah merusak duniaku.

"emm.."

"em apa?" Sean begitu tenang, karismanya tidak pernah hilang. Aku tidak menjawab pertanyaannya. lagipula sepertinya itu bukan pertanyaan. tapi penekanan bahwa Sean menyadarinya, sakit yang aku bawa ke tempat ini, yang ingin aku lepas bersama senja.

sekeliling kami sudah gelap. Sean berdiri, lalu menyalakan lampu neon sebagai cahaya satu satunya selain cahaya bulan yang masih muda. Lalu Sean berjalan dan berdiri di hadapanku, tangannya menengadah, meminta aku untuk meletakkan pasangannya, tanganku. Lalu Sean membimbingku berdiri. ya tuhan haruskah kami kembali ke waktu yang sudah tiada?

mata Sean mentapku dengan lekat, tangan kanannya memeluk pipiku dan tangan satunya menggenggam tanganku yang kecil. Aku selalu merasa dunia ini sering tidak adil, kenapa makhluk di hadapanku ini harus menjadi milik orang lain? padahal aku yakin aku yang memiliki hatinya. dan kenapa aku harus menjadi milik orang lain? yang juga sebenarnya aku cintai. hidup begitu rumit untuk selalu dipertanyakan, kenapa. tapi senja inilah yang sejati milik aku dan Sean...

Sunday 10 June 2012

Pilih yang mana?

H-1 SNMPTN, bingung mau ngapain, dikit dikit buka timeline twitter. Dikit dikit tidur, makan, nyetel lagu. Ngerjain TPA tapi baru dua soal langsung bosen. Di timeline, orang orang ngomongin SNMPTN mulu. Gue malah jadi deg degan sendiri kalo baca twit mereka.
Kadang gue mikir, enak ya jadi mereka yang udah dapet ptn. Udah ga perlu ngadepin simak pula.
Tapi kalo gue flashback, ternyata sebagian besar dari mereka yang udah dapet ptn adalah mereka yang menghabiskan masa SMA nya lebih sering di depan buku.
Di saat gue lagi latihan krida, mereka lagi les di bimbel
Waktu gue ngurusin buku tahunan, mereka lagi ngerjain tugas dari pak aryo
Pas gue lagi jualan snack,
Mereka lagi ngulang pelajaran sebelumnya.
Rasanya gak salah kalo mereka bisa dapet ptn semudah itu. Karena mereka emang pinter.
Ya emang sih sebagian lagi juga prestasi non akademiknya gak kalah sama prestasi akademiknya, itu yg gue sebut anugrah dari tuhan.
Hidup itu pilihan, apa yang gue lakuin saat mereka sedang belajar adalah pilihan gue. Dan gue bangga dengan apa yang gue lakuin.
Kak anti pernah bilang, orang yang udah sering berhadapan dengan banyak orang, dengan kata lain maksudnya bekerja sama atau berorganisasi, akan lebih mudah sukses daripada orang yang lebih sering berhadapan dengan buku.
Eit gue gak bilang orang yang lebih sering berhadapan dengan buku itu ga bakal sukses ya. Semua orang punya kesempatan yang sama, tergantung orang itu pilih jalan yang mana?

Tuesday 5 June 2012

Koin Cinta Untuk Dhesna

heeem ooke gimana ya mulainya. gue malu sebenernya nyeritain ini, tapi kayaknya kejadian ini terlalu berharga buat gak di dokumentasiin. jadi begini ceritanya...

di mitra, gue bidara, aldi, yuli, mega lagi diskusi sama kak maya. terus seperti biasa gue noceh sesuatu yang gak penting, yang penting gue ngomong. soalnya gue gak suka diem.
gue : "aduuuuh iya bensin gue abis,"
aldi : "yaudah belilah!"
gue: "ga punya duit," (ini bencanda loooh beneran becanda)
dan tauuu gak aldi ngapain? aldi ngeluarin uang seribu, buat nyumbang katanya lumayan. eh terus bidara juga disuruh nyumbang seribu. disitu gue masih nyantai. soalnya cuma aldi sama bidara. dan gue kira mereka bencanda walaupun duit dua ribunya udah di depan gue. eh si aldi dengan gaya nya yang kaya bos (aldi emang berpotensi jadi bos) dia nyuruh mega sama yuli ikutan. gue panik! sumpah! dalem hati gimana nih kalo yuli sama mega ikutan. daaaaaahhh ternyata mega ngeluarin seribu dari dompet nya! bayangin! gak berenti di situ aja, yuli juga ngeluarin duit bahkan dua ribu. ya allah..... segininyakah? tiba tiba azka dateng dan aldi juga mendoktrin azka buat ikutan patungan beliin gue bensin. oh god mereka terlalu baik atau terlalu jahat sih? gak lama kemudian adrian dateng. udah ketebak kan bakal kayak gimana? yap betul banget! aldi juga nyuruh adrian buat patungan. dan adrian ngeluarin gope dari dompetnya. miris saudara-saudara...
udah tukan berenti. eeeeeehhhh si aldi nularin ke utari juga ke hilda juga, mereka berdua ngeluarin dua ribu dari masing masing dompet :') gue bingung, mau nangis, tapi gatau karena terharu apa karena malu. tadinya duitnya gak mau gue ambil. tapi karena aldi kayak yang tadi gue bilang, berpotensi jadi bos. gue gak bisa nolak. soalnya kalo gue olak malah tambah panjang, lama lama sema orang di mutra disuruh patungan sama aldi.

naah pas di jalan pulang, akhirnya gue beli bensin. tapi ini pake duit gue loooh! dan duit mereka hasil patungan tadi langsung gue bingkai dan gue abadikan :') gue tau mereka cinta sama gueee. kalo dulu namanya koin peduli bilkis, yang sekarang namanya koin cinta untuk dhesna :')


Friday 1 June 2012

18th Birthday

Wow! HAPPY BIRTHDAY GIRL! happy birthday to Me!
Hal pertama banget yang langsung ada di pikiran gue adalaaah, "hm tua yah,"
Rasanya belom siap dan belom pantes buat dapet gelar 18 tahun. Pola pikir yang masih kaya bocah, tas ada boneka jerapahnya, kalo jalan sambil jingkrak jingkrak cengar sana cengir sini. Wibawa aja kayaknya ga ada. Ini yang disebut dewasa? Kedewasaan nuntut gue buat ngelakuin banyak hal, nentuin masa depan gue mau jalan lewat mana, nentuin prioritas disaat kehidupan SMA justru berada di titik rawan. Siswa SMA bukan, mahasiswa juga belom.
Jadi inget, ade gue bilang, "kak entar kalo jurusan kakak ga ada temen satu sekolah gimana? Kan malu kenalannya," itu pola pikir anak kelas 2 SMP yang pemalu. Suka mikir sendiri, Apa dulu gue juga kayak gitu? Mau kenalan aja harus dianter mama papa.
Tapi kayaknya engga deh,
Dari kecil gue udah dilahirin dengan ketidakmaluan. Maksudnya, gue ga tau malu. Intinya sih itu. Tampil dilapangan joget jogetpun, asal pake baju buat gue bukan hal yang memalukan. Itu seru!
Tapi sekarang... Apa masih bisa jalan cuek didepan cowo walaupun rambut ga sisiran dan ada upil nyangkut di lobang idung?
Apa masih bisa manja manjaan sama kakak mitra kayak kaka sendiri?
Apa masih bisa tidur bareng mama terus minta pantat diusap usap?
Maah, anak mamah udah gede yah.
Udah ga bisa ngelakuin hal hal yang dilakuin sama bocah.
Udah ga boleh makan es krim belepotan,
Udah ga boleh ngomong menye menye.
Udah harus mikirin gimana caranya nyekolahin ade walaupun masih kuliah. Udah idup 18 thn tapi belom ngelakuin apapun yang berguna buat orang lain. Gak banget kan?
Hah asal tau mana yang baik dan gak baik.
Sekali lagi selamat ulang tahun ya dhesna :)

Aku pun, ikut menghitung hari.  Menggeratak cara lain lagi bagaimana rela menjadi sekejap yang aku bisa. Seakan-akan di tepas kesakitan menu...