Thursday 19 September 2013

Karena Aku Suka September part III





Benar, ketika lara datang di ujung gelora
Di dalam jiwa yang amat sakral Aku terus bertanya-tanya
Akankah hujan hadir di penghujung kerinduan yang amat sakral?
Aku menunggu, ya Aku menunggu
Keintiman antara Aku, hujan, dan..


Aku tidak pernah lupa, hari ke-203. Satu satunya tangkai dan mawar yang Rai berikan tepat diketukan kedua puluh langkah kakiku saat menghampirinya. Matanya penuh binar, seolah kami lama tidak bertemu. Satu tangkai yang begitu berarti, lalu Rai melengkapi keindahan malam itu lewat kecupan kecil di atas bibirku.

Tangkainya masih hijau meskipun sudah ada bercak-bercak coklat yang menandakan mawar kesayanganku akan mengering secara utuh. Aku selipkan itu di lembar ke-203 buku harianku, di lembar cerita kami ke-203. Sudah sejak hari ke-1 Aku selalu mengisahkan cerita kami. Aku memang sudah 20 tahun, tapi kebiasaanku menulis buku harian akan tetap menjadi keharusan sebelum Aku tidur. Sewaktu kecil ibu mengajarkannya, menceritakan satu hariku penuh diatas selembar kertas, impianku, amarahku, kesedihanku rapi dengan tinta hijauku.

Tapi sayangnya Aku lebih rindu masa-masa itu, sebelum Aku layak menceritakan kami. Ketika Aku sudah lancang menyayangi Rai sebelum ia mengizinkannya. Aku ingin merasakan lagi gejolak yang muncul saat Rai malu-malu meraih ujung jariku.

Hari ke-78 adalah adalah awal pertengkaran hebat. Aku dan Rai adalah orang paling bodoh yang mengikat komitmen tanpa komitmen. Aku justru tertampar saat melihat Rai memeluk orang lain, padahal disatu sisi Aku ada dipelukan orang lain.

Hari setelahnya, hari ke-79 Rai menceritakan semua perempuan yang ia miliki ketika bersamaku. Sinta, kiki, ratih, ayu, mila, ica, hah terlalu banyak dan saat itu seperti ada jarum besar yang menusuk leherku, bukankah Aku juga melakukan hal yang sama? Kami saling menyalahkan, kami saling memeluk, kami saling berkomitmen kembali, yang jelas Aku tidak bisa tidak bersama Rai.

Aku dan Rai memulai kembali, hanya ada pertengkaran pertengkaran kecil dan Aku menikmati itu. Hari ke-362 Aku tersadar ada yang berubah. Entah Rai atau Aku. Tegur sapa tidak berarti lebih. Kami melakukan rutinitas, bukan cinta. Aku mati matian mengembalikan getar yang Aku rasakan setiap tangan Rai tersanggah di pundak atau pergelangan pinggangku. Atau pipi yang seketika memerah saat Rai sembarangan mengecup keningku di depan umum. Tapi Rai…

Hari ke-479, ada satu hal yang selalu mengikat Aku dan Rai. Seolah mencandu Aku dengan setiap tatapannya, membiarkan Aku haus akan suaranya. Rai Aku kehilangan. Dan mawar itu sudah benar benar layu, meninggalkan bekas warna coklat yang luntur di beberapa lembar di bawah dan atasnya.

Pada akhirnya Aku mengalah dan menuntut hak ku. kehancuran terjadi pada Aku dan Rai. Hari ke-499 Aku dan Rai membuka suara atas keanehan yang terjadi belakangan ini. Kami berjanji kembali, memulai komitmen lagi

Hari ke-500, kami sepakat berpisah. Hari ini. 19 September

Mawar ini tetap ada, cinta ini selalu ada.
Aku tidak akan pernah melukainya, sakralnya bulan september.
Karena saat saat yang sangat Aku rindukan adalah saat keintimanku bersama cinta yang aku miliki.. dan hujan ini
Hujan di atas langit September

Karena Aku Suka September

Wednesday 18 September 2013

Pernah

"Pernah ga sih sayang sama orang sampe dada rasanya sesek?" - Rara

Aku pun, ikut menghitung hari.  Menggeratak cara lain lagi bagaimana rela menjadi sekejap yang aku bisa. Seakan-akan di tepas kesakitan menu...