Sunday 22 March 2015

Kepadamu, Kepadanya, ini Buku Harianku

Kepada cinta yang telah luntur kesuciannya
Kepada manusia yang melakukannya
Kepadanya, Kamu, dan mereka semua.
Aku menulis dengan segenap jerih payah untuk memulai. 
Demi hati yang telah kalian injak
Demi hari dimana kebohongan berjalan
Demi pikiran yang sedemikian kacau
Terimakasih telah mengajari bagaimana caranya menjadi orang hebat.
tulisan ini buku harianku, aku persilakan semua orang membaca.
karena aku suka menulis, dan aku suka tulisanku dibaca.

Friday 20 March 2015

Hidup Seperti Roda Itu Benar

Nanti, suatu saat aku akan cerita yang indah indah.
Ketika aku sudah berhasil melewati masa ini.
Ketika ada yang menyebut namamu, hatiku biasa saja.
Ketika aku sudah bisa tersenyum tanpa topeng.
Saat luka yang berkali kali tergores meskipun yang sebelumnya masih basah sudah pelan pelan mengelupas hilang.
Saat akhirnya dari 1 sampai 100 adalah 100 tanpa berharap apapun.
Ketika aku memberikan cinta dan aku ikhlas.
Saat itu akan benar - benar datang, karena aku tau Tuhanku baik sekali. Semua yang tidak baik Ia buat pergi. dan sudah terbayang betapa bahagianya aku setelah ini, setelah semua Ia berikan bertubi - tubi tanpa jeda. Sudah terbayang betapa aku akan sangat bahagia, karena hidup seperti roda itu benar, ketika aku diberikan roda yang amat besar, meskipun aku harus jatuh jauh kebawah, tapi aku tau di atas sana sangat tinggi.

Sunday 15 March 2015

Bunyi Daun Kering

Kretak kretek bunyi daun kering yang tertimpa gerimis membangunkanku. aku sedang bermimpi indah, sayang sekali hujan menghentikannya begitu cepat. belum aku rasakan bagaimana akhirnya meskipun itu hanya sebuah mimpi.

Sedikit cahaya masuk dari lubang angin diatas pintu kamar, asalnya dari ruang keluarga yang tepat berada di luar pintu kamarku. tiba tiba langit menggelap dan semakin memperjelas cahaya yang tadi masih membaur. aku lihat ke luar dari jendela, daun kering tadi sudah diselimuti air hujan yang mendadak deras. amat deras, hingga aku tidak bisa melihat dengan jelas garis garis rumah yang berhadapan dengan jendela kamarku.

Jantungku berdegup, tersentak begitu keras karena kilat yang muncul menembus kaca jendela yang diikuti suara petir dengan jarak mereka yang hanya setengah detik. Aku diam untuk beberapa lama, lalu tersadar dan berlari kecil masuk ke dalam selimut merah mudaku yang tebal tanpa tersisa sedikitpun bagian tubuh yang terlihat.

Detik berjalan sangat lambat sekarang, atmosfer hujan mengingatkan aku tentang apa yang membuatku tertidur begitu pulas. sesuatu yang bisa terlupakan hanya dengan membawanya terlelap. entah hormon apa yang membuat perasaan ini semakin merasuk hingga ke setiap mili helai rambutku.

Pikiranku jauh pergi kebelakang. mencari letak akhir mimpiku barusan. mata besarku melirik jendela yang sekarang sudah basah dialiri air hujan yang terus menerus datang.

langit gelap dan semakin gelap seperti malam, udara dingin dan semakin dingin seperti pisau menusuk - nusuk kulit, hatiku pasrah dalam dekapan hujan, berdoa pada Sang Pemberi Rasa dan Maha Mematikan Rasa,  Tuhan, jika hari ini hujan, aku akan menunggu pelangimu

Thursday 5 March 2015

salah besar jika sedih adalah cara terbaik untuk jadi puitis. karena ketika sangat sedih, tangan ini bahkan tidak sanggup untuk menulis.

Aku pun, ikut menghitung hari.  Menggeratak cara lain lagi bagaimana rela menjadi sekejap yang aku bisa. Seakan-akan di tepas kesakitan menu...