Friday 1 May 2020

Bahagialah!

Sayangnya, kau tidak pernah tahu bagaimana mata jadi indera paling jujur. Meski senyum lebih sering mengembang jadi tawa yang sengaja direnyah-renyahkan, matamu selalu bicara, dengan pekik yang lantang bahwa hati itu luluh lantak. Aku akan tetap di sini, mengamati dengan baik bagaimana sempurnamu jadi topeng untuk hati yang terluka parah. 
Jika langkahmu terlalu jauh, baiknya menurutku kau bisa istirahat, sebentar saja. Temui gadis di taman sebelah utara itu, atau kau bisa tunggu aku di simpang timur. Namun, lebih dari semua itu. Jika ketenteraman hanya kau temui dalam kesendirian, bahagialah.
Malam dan kesendirian adalah hal paling mutlak dan paling sunyi. Karena yang kamu butuhkan hanya rasa perih itu, keheningan, malam yang gelap, bintang-bintang sebagai lenteranya, bulan jadi kawan dalam sedumu, lantunan nyanyian patah hati, dan dirimu sendiri. 
Percaya tidak kalau kujanjikan renjana jika kamu bertahan sedikit lagi? Belum lama aku akhirnya paham tentang Tuhan yang tidak pernah mengaturnya jika kamu tidak mampu. Kita selalu sanksi tentang diri kita yang melebihi apapun. Padahal ketika luka dikirim-Nya sebanyak dua, kau hanya perlu bertahan hingga hatimu jadi tiga. Ketika perihnya layak membakar duniamu, bertahan sedikit, sedikit saja lalu kau akan jadi semesta. Jika takdir memburuk dan jadi lebih brengsek lagi, kau hanya perlu bertahan dengan jadi lebih bajingan. Bukankah kau adalah pejuang yang tidak pernah mengalah?

No comments:

Aku pun, ikut menghitung hari.  Menggeratak cara lain lagi bagaimana rela menjadi sekejap yang aku bisa. Seakan-akan di tepas kesakitan menu...