Sunday 17 May 2020

UNTUKMU LAUT YANG DALAM.


Ketika aku percaya bahwa hati dan diri adalah bentuk lain dari kesakitan, alam merundungku yang tengah nyaman duduk sila bersandar dengan satu tangan ke belakang. Berangan jika akulah lakuna yang dalam, menatap kejauhan di hadapan langit petang di atas samudera. 

Teruntuk dirimu laut yang dalam. 
Sebermula aku menjajak kakiku tergantung di tepi perahu. Serupa surya yang berencana tenggelam ke dalam hatimu. Sebermula aku menerka rasa damai melalui intuisi, meladeni delusi menyebrangi sekat yang jelas terlihat. 

Aku bak baskara yang nyaris terbenam. 
Garis tipis yang melengkung membatasinya. Kiranya kau menyambutku dengan lapang dada. Perkara aku datang membunuh diriku. Meredam lara karena padamu aku akan jadi bara. 

Tapi kau laut yang dalam. 
Dan aku baskara yang meredup. Sekujur lingkaran yang menyala mendadak rengsa, sebab aku pikir mengakuimu selaras dengan purnama adalah sikap dewasa meski sengsara. Sejak ku lantangkan diriku sebelum merapat pada kasihmu yang basah.

Sejak awal, pada era pertemuan kita di garis cakrawala. Menjajal hatimu yang terlanjur dingin, dan gelap, dan luas, dan berair adalah mimpi yang tidak pernah aku bayangkan. Sebab sejatinya kau begitu serasi dengan cahaya malam. Hitam legam sebagai simbol jiwa yang kelam.

Maka aku akan tenggelam. Menjadi bara. Menjadi arang. 

No comments:

Aku pun, ikut menghitung hari.  Menggeratak cara lain lagi bagaimana rela menjadi sekejap yang aku bisa. Seakan-akan di tepas kesakitan menu...