Sunday 24 May 2020

MASIH UNTUKMU LAUT YANG BIRU.



Masih untuk laut yang sama, samudera yang dalam, kama getir yang bertentangan dengan renjana. Perihal amigdala yang sejak dulu jadi poros, aku mampu menjadi apa saja. Bara yang jadi arang, atau langit yang membiru. Aku mampu membaurkan jingga menjadi titik titik cahaya yang berkaca padamu. Atau bertukar peran dengan neptunus, pergi jauh darimu, lalu menari sendirian di ujung tatasurya. Kita akan jadi sepasang gradasi kebiru-biruan. Sepasang yang menepikan jarak. Hal terakhir yang bahkan tidak mampu menyibakkan cintaku dan namamu.

Kita akan jadi sepasang kamuflase dalam biru, kekasihku adalah laut yang dalam. Samudera biru yang kupuja-puja. Aku dan kau bersenyawa dalam jeda, berkamuflase dengan warna. Sebab aku tahu betul kau tidak benar benar biru, dan aku tidak benar benar membaur. Cinta beranak pinak dengan hati bias. Diri sendiri mengendap di dalam rongga dada. Sama sekali tidak berencana menggeser takhta amigdala. Mencintaimu akan tetap bermakna sama, karena aku menyerahkan diri dengan segenap jiwa, dan raga. 

No comments:

Aku pun, ikut menghitung hari.  Menggeratak cara lain lagi bagaimana rela menjadi sekejap yang aku bisa. Seakan-akan di tepas kesakitan menu...