Aku bagai tersungkur jatuh di dalam bayang hitam dan putih yang tidak kasat mata. Dua warna yang samar menjadi abu-abu. Menjauhkan gapaian tanganku terhadap kamu.
Angan terbang melayang. Seketika juga membuat aku tersudut di ujung senja yang mendung. Aku kecil, begitu kecil, teramat kecil. Tersisa hingga hanya setitik aku.
Menutur setiap sandaran yang menyokong, dan hilang, dan hilang, menghilang.
Jangan tanyakan lagi kenapa aku begini. Karena alam bekerja tanpa cela, mengumpulkan satu juta butir awan demi satu tetes air hujan. menumbuhi aku dengan keinginan yang besar, begitu besar, teramat besar. Terlampau hingga jauh ke dasar kalbu.
Disana aku. Di ujung senja yang gerimis. Menatap jauh kamu yang hampir tergapai. Keinginan semakin besar, bahkan menjuntai.
Tapi kemudian petir menyambar, menyadarkan aku tentang bahagia kita yang tidak sederhana.
Thursday, 7 January 2016
Subscribe to:
Posts (Atom)
Aku pun, ikut menghitung hari. Menggeratak cara lain lagi bagaimana rela menjadi sekejap yang aku bisa. Seakan-akan di tepas kesakitan menu...
-
Apabila datang saatnya aku harus bersandar di atas kelopak mataku, berdiri di atas kakiku sendiri. dan pada akhirnya benar benar berdiri se...
-
Apa yang pertama kali kalian pikirin waktu ngeliat pict ini? Warnanya yang coklat dengan gradasi yang abstrak dan lapisan mengkilat begitu k...
-
Masih untuk laut yang sama, samudera yang dalam, kama getir yang bertentangan dengan renjana. Perihal amigdala yang sejak dulu j...