Tuesday 3 August 2010

Aku Seya, Merpati yang Kuat

“sudah jangan menangis, bisa apa kita? Kau elang, sedang aku hanya seekor merpati” sembari aku mendekatinya. Haha bodohnya aku berharap dia akan merangkulku dengan sayap lebarnya. Elang, aku tahu dia tidak akan melakukannya. Dia justru membuang mukanya dari hadapanku.

“kenapa kau selalu seprti ini elang?”

“seperti ini bagaimana seya?”

“”sifatmu aneh, bahkan aku ragu kau benar benar mencintaiku”

Elang diam, lagi

“kenapa baru sekarang kau datang? Setelah aku sudah bersama ode”

Elang tetap diam. Andai kau tau elang ini sangat terasa sakit

“maafkan aku seya, aku akan berubah”

“berubah untuk apa? Sudah terlambat lang. aku tak mungkin meninggalkan ode.”

“Aku akan menunggu seya..”

“sampai kapan?”

“sampai kau mau bersamaku lagi”

“elang..”

“ya?”

“maafkan aku :( “

“tidak perlu seya, ini kesalahanku”

Elang memelukku, hangat sekali.

@@@@@

Hari itu berlalu, aku dan ode tetap baik baik saja. Setiap hari aku mencari makan bersamanya. Ia selalu menemaniku, melindungiku. Bahkan dia tau jika aku sedang tidak ingin didekatnya. Dia tak pernah muncul dihadapanku setiap aku merasakan itu. Ode seperti malaikat.

“seyaaa. Kenapa melamun?”

Eh kau ode. Tidak, aku hanya sedang berfikir”

“memikirkan apa?”

“kau :)”

“aku?”

“yaa kau sayang” sambil mengedipkan sebelah mataku

“haha bisa saja kau seya :D , kau sudah makan?”

“belum, ayo kita ke belakang bukit disana, kemarin aku melihat banyak makanan”

“ayo aku juga sudah lapar” dengan semangat nya ode menggiringku agar cepat terbang

“ayo seya.. kamu lama sekali” sambil memeletkan lidahnya ke arahku.

“tunggu aku, heeyyy!!”

Kami tertawa.. aku suka tawanya. Renyah di telingaku. ode.. aku menyayangimu.
Sesaat terpintas di otakku, kapan aku bisa seperti ini bersama elang.

Mungkin burung lain menganggap aku jahat karena mencintai elang di belakang ode. Siapapun tidak akan mau peduli aku tidak pernah merencanakan perasaan seperti ini. Aku tidak pernah ingin menyakiti ode, malaikatku. Tapi aku menyayangi elang. Ya tuhan, bolehkan aku memohon untuk tidak mencintai keduanya?

@@@@@

Ode sakit parah. Aku panik, aku mencari obat kesana kemari, tapi tidak menemukannya. Aku ingat ibu pernah bilang ada tumbuhan untuk mengobati semua penyakit dihutan. Dan itu tempat biasa elang bermain bersama teman temannya.
Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke hutan, mencari obat untuk ode. Aku berharap dapat bertemu dengan elang, sudah seminggu tidak bertemu dengannya, Setelah kejadian waktu itu. Aku bingung apa yang dimaksud dengan janjinya untuk berubah, aku sama sekali tidak melihat perubahan pada dirinya.
Aku melihatnya, melihat elang bersama teman temannya.

“elang”

“elang”

“elang”

Berkali kali aku memanggilnya elang tetap tidak menjawab, mungki suara ku terlalu kecil. Tapi tidak, dia melihatku. Kami sempat bertatap mata.
“e...” belum sempat aku memanggilnya lagi, elang sudah berlalu pergi. Aku tidak ingin berfikir apa apa lagi tentang elang. Mungkin dia memang tidak melihatku. Dan sekarang aku harus meneruskantujuanku untuk mencari obat. Ode kau harus sembuh, aku akan mencari obat untukmu sampai dapat, aku tidak mau kehilangan malaikat sperti kau.
Setelah berjam jam aku mengelilingi hutan akhirnya aku mendapatkan obat itu, dan bergegas ke sarang ode. Aku akan merawat ode sampai ia sembuh, aku berjanji.

@@@@@

Ini sudah sebulan setelah elang memelukku, aku masih ingat saat itu dia berjanji untuk berubah. Yaa dia memang telah berubah, semakin jauh. Kami sering bersama dalah satu hutan, tapi dia tidak pernah mau melihatku. Elang selalu terbang setiap aku mencoba menghampirinya. Itu sudah berkali kali bahkan hamper setiap aku sengaja datang menghampirinya ke hutan. Hanya sekali dia menyambut kedatanganku, itupun karena aku membawakannya makanan. Yang membuatku sedih bukanlah sikap elang pada ku, tapi ketidakpastian yang sejak dulu aku terima darinya. Mungkin ini juga salahku yang telah menghadirkan ode diantara kami.
Suatu hari elang mengunjungiku ke sarang, dia mengajakku kehutan. Aku ragu, apakah benar ini elang?

“elang…” aku memulai suara agar elang mau bicara

“aku merindukanmu..”

“aku juga seya”

“kenapa kau selalu menghindariku?”

“saat itu aku sedang sibuk”

“sampai melihatku saja kamu tidak mau?”

“tidak begitu”

“sudahlah, aku tau”

“kau tau apa?”

“aku tau dirimu”

@@@@@


Seharian kami bersama tapi elang hanya mengeluarkan sedikit sekali suaranya. Dia lebih sering diam seperti burung yang gagu.

“ada yang ingin aku katakan elang”

“katakan saja”

“sudah lama lang aku ingin mengatakan ini, aku sempat berfikir untuk meninggalkan ode dan memilih untuk bersamamu. Tapi yang aku rasakan membuat aku berfikir dua kali untuk melakukannya, ode seperti malaikat untukku. Dan aku menyayanginya. Dan kamu yang membuat aku semakin menyadarinya. Aku berharap ini hanya perasaanku saja, entah kenapa kau selalu menghindar dari ku. Aku tahu kau tau aku selalu menghampirimu ke hutan, tapi kau selalu pergi, setelah melihatku. Aku merasa kau tidak peduli padaku, itu yang membuat aku mnerima ode di sisiku. Maaf kalau kau menganggap aku berlebihan. Kalau aku boleh memilih untuk menjadi temanmu, aku kaan memilih itu saja. Aku iri pada teman temanmu, aku iri bisa sebegitu kenalnya dengan kau elang.
Kau hanya mencintaiku, tidak menyayangiku. Dan aku tetap tidak mengerti caramu mencintaiku. Mungkin aku akan menyesal, tapi aku lelah, tinggalkan aku elang, tinggalkan aku yang jauh. Terimakasih karna kau sudah pernah mencintaiku, tempatmu dihatiku tidak aka nada yang menggantikan elang, tetap disitu,jadi elang yang aku syang. Sangat aku sayang :’) ”

Dan elang pun terbang berlalu meninggalkanku. Tanpa sedikitpun kata dari mulutnya. aku tidak sedih, karena aku tau ini yang akan terjadi. karena aku tahu elang.

No comments:

Aku pun, ikut menghitung hari.  Menggeratak cara lain lagi bagaimana rela menjadi sekejap yang aku bisa. Seakan-akan di tepas kesakitan menu...