Tuesday 30 October 2012

Aku sudah mengatakannya
Dengan amat jelas!
"Pergi sekarang atau tidak sama sekali!"
Tapi laki laki itu tetap diam.
Ia menjawab perintahku dengan matanya yang tajam, seperti bicara "bahkan kamu tidak tahu kenapa langit bisa berubah kelabu," lalu apa setelah ini?
Apakah ia akan membuka mulutnya dan berkata "aku mencintaimu, sungguh,"
Dan haruskah aku menjawab pernyataan itu dengan pertanyaan, "benarkah?"
Tapi kenyataan mulut laki laki itu tetap bungkam.
Dan aku? Aku harus mengira ngira apa yang sedang ia pikirkan. Dan tentunya menjawab pertanyaan dari matanya melalui mataku, "Ia kelabu karena menyerah pada alam, pada jalannya."
Lalu ia berdiri, menghapus jarak antara bibirnya dan telingaku, dengan lirih laki laki itu berkata, "kalau alam yang menghendakinya, baiklah." lalu ia menjauh, dan pergi
"salahkan saja terus alam yang tidak pernah bersalah, kamu punya pilihan. Tapi bodohnya kamu memilih yang lain."

5 comments:

Anonymous said...

Dhesna Cindra Bhumi said...

thankyou o:)

Anonymous said...

Anonymous said...

yah komen sebelum'a diapus masaaa, cupuuuu ... pilihan selalu adaaa, 10000000 pilihan disiapin buat 1 kemungkinan. dan dri setiap 1 yg diambil dri 10000000 itu ada 1000 resiko. klo takut untuk mencinta jgn buat dia mencintaimu ... payah dong si lelaki .... mancing umpan, umpan'a dapet dilepas ....

Dhesna Cindra Bhumi said...

engga di apus, itu ga sengaja masik ke spam. heem iya payah, umpannya dapet, malah di lepas. dia balik, disaat gue nyari pancingan lain. apa bukan tega namanya ngebiarin gue di ombang ambing begini. bahkan semua orang bilang gue bego. pasrah aja diginiin

Aku pun, ikut menghitung hari.  Menggeratak cara lain lagi bagaimana rela menjadi sekejap yang aku bisa. Seakan-akan di tepas kesakitan menu...