Monday 21 December 2015

Seribu Kali

Hitunganku berhenti pada angka yang kini sudah terlupakan. Entah seribu atau dua ribu kali rasa ini kembali muncul.

Hanya di dalam gelap yang aku temui saat terpejam, aku berani menangis. Meskipun akhirnya menetes lagi sejuta kisah yang kamu ukir, yang membawa aku jatuh ke ratapan yang tak kunjung usai. Tinggalah kaki yang lelah untuk terus melangkah.

Maka biarkan aku sejenak disini, membuang  apa yang sudah meluap. Mengosongkannya. Mengisi lagi dengan sedikit kekuatan untuk berbulan-bulan kedepan.  


Karena kamulah satu-satunya yang tahu, hanya dengan pena aku berani melukis. Tentang sebuah bentuk nyata dari logika, yang aku kalahkan dengan rasa cinta yang begitu abstrak. 

No comments:

Aku pun, ikut menghitung hari.  Menggeratak cara lain lagi bagaimana rela menjadi sekejap yang aku bisa. Seakan-akan di tepas kesakitan menu...