Sunday 3 April 2016

Tertutup Fatamorgana

Antara cinta saat pertama kali bertemu, dengan cinta yang perlahan muncul karena terbiasa, hanya ada satu kesamaan yang menengahi keduanya. rasa.

sebagaimana manusia menempatkan peran mereka sebagai pelaku utama, dengan ketakutan yang terus menerus membuat fakta berputar dari kenyataan, bahwa rasa itu benar ada.
menyembunyikan cinta, menutupinya dengan amarah.

tapi cinta telah melakukan tugasnya seperti apa yang didefinisikan. menatah degup jantung yang tidak karuan hingga akhirnya terbiasa. menyatukan manis dan pahit, dimana bahagia adalah sumber sakitnya. cinta merengkuh dingin yang akhirnya merona, merebut secara utuh kelam dan menggantikannya dengan warna, dengan hitam adalah pilihan terakhir.

maka dengan sabar meski itu perlahan habis, aku menunggu. karena cinta berjalan dengan dua pasang kaki. dan sebagaimana kamu berusaha, akupun rela.

jauh sebelum dahaga meraja, lalu pada akhirnya aku benar-benar haus cinta. realistis punya banyak arti. dan ketika ilusi fatamorgana merasukiku dengan air yang begitu sejuk, bukan seketika aku berpindah arah, tapi dengan amat pelan dan perih.

karena bagaimana tidak, kamu biarkan kakiku terseok tanpa alas mencari sepasang lagi yang tidak kunjung kutemukan. dan meski hati ini bertanya-tanya kemana kamu akhirnya melangkah. aku akan tetap menunggu. karena cinta tau kemana mereka akan kembali.

maka biarkan aku bahagia untuk sebentar. meski tertipu fatamorgana adalah sebuah pilihan.

No comments:

Aku pun, ikut menghitung hari.  Menggeratak cara lain lagi bagaimana rela menjadi sekejap yang aku bisa. Seakan-akan di tepas kesakitan menu...