Di antara samudera yang menyatu satu dengan lainnya, air mata tenggelam dalam kisah pedih yang tak kunjung usai. Darimana lagi aku dengar, ketika namamulah yang menjadi favorit getar yang sampai ke telinga.
Debar tidak menampik ciuman kening di dalam hening. Namun demi langit di atas langit, takdir yang lebih dari mutlak memberi batas antara cintaku dan namamu.
Pada akhirnya aku muak pada cinta yang terlalu besar, sebab hati berkorban lebih dari ketika jatuh dan patah.
Friday, 25 November 2016
Patah Hati
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Aku pun, ikut menghitung hari. Menggeratak cara lain lagi bagaimana rela menjadi sekejap yang aku bisa. Seakan-akan di tepas kesakitan menu...
-
Apabila datang saatnya aku harus bersandar di atas kelopak mataku, berdiri di atas kakiku sendiri. dan pada akhirnya benar benar berdiri se...
-
Apa yang pertama kali kalian pikirin waktu ngeliat pict ini? Warnanya yang coklat dengan gradasi yang abstrak dan lapisan mengkilat begitu k...
-
Masih untuk laut yang sama, samudera yang dalam, kama getir yang bertentangan dengan renjana. Perihal amigdala yang sejak dulu j...
No comments:
Post a Comment