Kau titah kaki-kaki ku bungkam dalam ruang kecil yang sesak oleh sejarah. Segalanya disusun begitu rapi seolah rencana alam tiada duanya. Aku semata-mata menunggu langkahmu kembali beradu denganku. Sebetulnya aku sudah muak mengatakan aku masih saja mencintaimu. Baik nanti atau hari-hari sebelum kita selesai. Hanya saja aku tidak lagi mampu bersarang di sini bersama dada yang hampir binasa, karena bernapas kini jadi barang langka. Maka aku gunakan sisa takdir ini untuk membuka banyak pintu, meski entah di pintu mana aku bisa menemukanmu.
Thursday, 22 April 2021
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Aku pun, ikut menghitung hari. Menggeratak cara lain lagi bagaimana rela menjadi sekejap yang aku bisa. Seakan-akan di tepas kesakitan menu...
-
Apabila datang saatnya aku harus bersandar di atas kelopak mataku, berdiri di atas kakiku sendiri. dan pada akhirnya benar benar berdiri se...
-
Apa yang pertama kali kalian pikirin waktu ngeliat pict ini? Warnanya yang coklat dengan gradasi yang abstrak dan lapisan mengkilat begitu k...
-
Masih untuk laut yang sama, samudera yang dalam, kama getir yang bertentangan dengan renjana. Perihal amigdala yang sejak dulu j...
No comments:
Post a Comment