Wednesday 30 June 2010

wekksss :'D

Terlahir dalam keadaan keluarga yang seperti ini murni memang bukan mauku. Yang aku tahu, tuhan tidak akan mencoba kecuali aku tak mampu. Tapi mama, sudah cukup aku melihatnya menderita. Menangispun sepertinya aku sudah lelah. Maafkan aku ya tuhan, kadang aku melupakan kebesaranmu. Aku hanya ingin cepat cepat keluar dari drama ini.
Banyak yang bilang aku tegar dan mandiri, hahaaa asal kalian tahu teman, terperangkap begitu lama yang membuat aku begitu. Justru aku iri dengan kalian. Aku sangat benci bila waktu liburan tiba. Yaaa lagi- lagi berbeda dengan kalian. Meskipun mama juga ikut libur saaat liburanku datang, kesibukan tetap menyelimutinya. Entah, tapi menurutku sebenarnya ia punya banyak waktu bersamaku dan adikku. Mungkin karna mama jenuh melihat keadaan yang tak kunjung ada perubahan, sampai sampai harus mencari hiburan sendiri diluar. Biarlah, biar mama bahagia tertawa bersama teman temannya.
Aku semakin benci untuk tahu bahwa liburanku sudah habis, bukan karena aku tak mau sekolah. Tapi aku belum mempersiapkan cerita liburan apa yang harus aku ceritakan ketika teman-teman mulai bercerita liburan mereka bersama keluarga. Entah itu pergi berenang, ke kampung halaman mereka, ataupun bersenang senang bersama sepupu-sepupu mereka. Sungguh saat itu ingin rasanya aku tak mau tahu dan pergi meninggalkan mereka yang sedang berbagi cerita. Tapi aku tak punya alasan untuk pergi. Aku hanya bisa ikut tertawa menutupi rasa malu, karena hanya aku yang tak punya cerita.
Aku ingat, saat itu salah seorang temanku memuji-muji ayahnya yang hebat. Ayah yang bekerja siang malam, tapi masih ada waktu untuk menghilangkan kejenuhan anak-anaknya selama disekolah dan menghabisakan weekend mereka bersama. Lagi-lagi aku hanya bisa menahan air mataku. andai papaku juga seperti itu. Tapi aku kembali menarik pipiku, sedikit tawa tak apalah. Dan mereka juga harus tahu, mamaku bahkan lebih hebat dari itu.
Untuk menangispun aku takut, takut menyakiti mama bila melihatnya, karena aku tahu, Senyumku yang membuat mama masih bertahan hingga saat ini. Padahal hanya dengan menangis aku bisa sedikit bahagia, aku meyakini bebanku ikut mengalir bersama air-air itu. Ya semua demi mama.. aku rela menyakiti diriku sendiri.
Saat teman teman sepermainanku sedang sibuk mencari cara untuk menyenangkan kekasih mereka masing masing, yang aku lakukan adalah mencari cara untuk membuat mama bangga, bagaimana membuktikan pada semua orang bahwa aku bukan anak broken home. Aku bisa mendapatkan apa yang aku inginkan seorang diri. Aku ingin mendapat pengakuan dari orang-orang yang sebelumnya meremehkanku. Membuat mereka malu telah mengolok-olok mama. Mencari cara mewujudkan obsesiku untuk menjadi model dan dokter yang sukses. Membelikan rumah yang mama inginkan dan beristirahat di hari tuanya kelak, mama tak harus bekerja lagi. Aku hanya memperbolehkan mama menggendong cucunya nanti. Bersenang senang melupakan masa lalu yang kelam. Sampai aku melihat mama tersenyum tenang, dan melangkah ke surga.

aku menulis itu setahun yang lalu, saat liburan juga, dan terulang kembali. meslipun sudah banyak perubahan sekarang, sudah membaik mungin, mungkin. itu yang terlihat tapi entah bagaimana didalamnya. dan aku juga punya akmaal :) sahaabat sahabatku yang lain. yaa semoga liburan kali ini gak sesepi dulu :)

No comments:

Aku pun, ikut menghitung hari.  Menggeratak cara lain lagi bagaimana rela menjadi sekejap yang aku bisa. Seakan-akan di tepas kesakitan menu...