Sunday 15 March 2015

Bunyi Daun Kering

Kretak kretek bunyi daun kering yang tertimpa gerimis membangunkanku. aku sedang bermimpi indah, sayang sekali hujan menghentikannya begitu cepat. belum aku rasakan bagaimana akhirnya meskipun itu hanya sebuah mimpi.

Sedikit cahaya masuk dari lubang angin diatas pintu kamar, asalnya dari ruang keluarga yang tepat berada di luar pintu kamarku. tiba tiba langit menggelap dan semakin memperjelas cahaya yang tadi masih membaur. aku lihat ke luar dari jendela, daun kering tadi sudah diselimuti air hujan yang mendadak deras. amat deras, hingga aku tidak bisa melihat dengan jelas garis garis rumah yang berhadapan dengan jendela kamarku.

Jantungku berdegup, tersentak begitu keras karena kilat yang muncul menembus kaca jendela yang diikuti suara petir dengan jarak mereka yang hanya setengah detik. Aku diam untuk beberapa lama, lalu tersadar dan berlari kecil masuk ke dalam selimut merah mudaku yang tebal tanpa tersisa sedikitpun bagian tubuh yang terlihat.

Detik berjalan sangat lambat sekarang, atmosfer hujan mengingatkan aku tentang apa yang membuatku tertidur begitu pulas. sesuatu yang bisa terlupakan hanya dengan membawanya terlelap. entah hormon apa yang membuat perasaan ini semakin merasuk hingga ke setiap mili helai rambutku.

Pikiranku jauh pergi kebelakang. mencari letak akhir mimpiku barusan. mata besarku melirik jendela yang sekarang sudah basah dialiri air hujan yang terus menerus datang.

langit gelap dan semakin gelap seperti malam, udara dingin dan semakin dingin seperti pisau menusuk - nusuk kulit, hatiku pasrah dalam dekapan hujan, berdoa pada Sang Pemberi Rasa dan Maha Mematikan Rasa,  Tuhan, jika hari ini hujan, aku akan menunggu pelangimu

No comments:

Aku pun, ikut menghitung hari.  Menggeratak cara lain lagi bagaimana rela menjadi sekejap yang aku bisa. Seakan-akan di tepas kesakitan menu...