Thursday 9 April 2020

belahan jiwa

aku masih menulis di alinea yang sama, menyelesaikan kata-kata yang belum sempat aku sampaikan. seribu dua ribu lembar tidak akan membuatku istirahat dengan mudah. 

tentu aku percaya konsep jodoh, tapi tidak dengan jodoh yang gak kemana.  jika kamu pergi, maka aku anggap jodoh kita telah selesai. pun dengan kalimat-kalimat yang sedang aku akhiri sendirian. 

jangan menangis sayang, sesal sudah menjadi bagian dari sukma para manusia. pelik takdir hanya perlu diterima dengan lapang dada. kata-demi kata puitis aku rangkai hanya demi mengenang kita yang pernah terjeda lama. lalu kembali untuk mengukir luka. aku melepasmu. dengan tenaga terakhir yang aku miliki.  

jadi meskipun setelah ini akan membaik atau justru tidak, kamu dan aku akan tetap menjadi bayang-bayang kisah anak manusia yang saling membenci, mengenal, mencinta, menyakiti, membenci lagi, melepas, dan pada akhirnya melupakan. 

beristirahatlah, sebentar cukup.  

aku akan merelakanmu jatuh cinta lagi setelah itu. akan aku lepas, kamu, dengan air mata. demi menghargai kisah patah hati kita yang rumit. meratapi duka mendalam atas kehilangan belahan jiwa. 

jatuh cintalah dengan benar. tidak perlu menggebu-gebu. ingat bagaimana kita jatuh cinta, tapi pada akhirnya menyerah juga? takdir buruk tidak akan selamanya bertahan. takdir baik tidak mungkin selalu berpaling, bukan? 

No comments:

Aku pun, ikut menghitung hari.  Menggeratak cara lain lagi bagaimana rela menjadi sekejap yang aku bisa. Seakan-akan di tepas kesakitan menu...