kamu tidak akan pernah tahu bagai pijakan yang berat, aku bertahan dengan amunisi yang ter-sisa. aku kembali ke pinggir telaga, wangi amis lumut danau yang menyambutku haru, lunar penuh dalam bayangannya yang memanjang dan samar-samar.
aku menangis sejadi-jadinya. dingin tidak pernah lupa memelukku yang terluka parah. kejatuhan dengan mantra kasat mata kehijauan. bagai sihir nenek rumah hutan yang kelam. aku tenggelam.
No comments:
Post a Comment