Tuesday 21 September 2010

Aku Ingin Menyentuh Pelangi

Gadis itu menangis sesunggukan, tidak ada yang mendengar. Tidak ada yang datang untuk menenangkannya. Kekecewaan yang dirasakannya hanya bisa diungkapkan dengan air mata. Mimpi yang membuat ia kembali menangis, mungkin sepele untuk mereka yang sudah dewasa atau beberapa anak kecil yang memiliki uang banyak untuk mewujudkan semua impiannya. Rere, gadis itu selalu bermimpi untuk menyentuh pelangi. Berjalan di atasnya dan berujung di sebbuah istana di atas awan. Seperti cerita dongeng yang sering diceritakan teman temannya sehabis mereka menonton televisi, salah satu benda yang juga tidak dimiliki Rere. Rere hanya bermain dengan boneka kecil yang dibuatkan ibunya dari kain bekas, memang bukan penjahit yang handal, oleh karena itu Rere sering di ejek oleh temannya karena masih saja menyimpan boneka butut dan aneh itu. meskipun begitu Rere tidak pernah membiarkan bedut kotor, yaa begitulah Rere memanggil boneka buatan tangan ibunya, sebelum ia ditinggalkan seorang diri oleh ibunya untuk pergi ke kota mengadu nasib.

Rumah panggung kecil yang terbuat dari kayu itulah satu satunya yang melindungi Rere saat ini. Rumah yang tadinya masih kokoh saat ditinggalkan oleh ayah Rere. Seorang pahlawan yang merelakan nyawanya dimedan perang. Meninggalkan istri dan seorang bayi mungil yang cantik dan sederhana dengan wajahnya yang terlihat teduh. Bayi yang ditinggalkan itu sekarang sudah menjadi gadis kecil yang hebat. Yang awalnya terpaksa belajar memasak untuk dirinya sendiri, dan seorang kakek yang sudah lumpuh termakan waktu. Usianya yang sudah senja itu tidak lagi memungkinkan dirinya untuk mengurus Rere seperti yang diamanatkan oleh ibu Rere setahun silam.

Amanda Regina, gadis kecil yang periang itu sudah berusia 7 tahun sekarang. Usia yang masih sangat kecil untuk ditinggal seorang diri di rumah yang hampir mendekati hutan. Ia sering menangis saat hujan turun dengan cahaya yang terlihat jelas dari jendela rumah Rere, dan suara yang begitu keras yang terdengar dari awan. Temannya pernah bilang itu adalah suara awan yang sedang bertengkar dan akan memangsa anak anak yang sedang sendirian, tangisan Rere semakin keras setiap dia mengingat perkataan temannya itu. Rere takut sendiri, tapi ia lebih takut jika harus pergi kerumah kakek pohar. Kakek itu selalu memarahi Rere dan Rere tidak pernah tau apa sebabnya. Itulah yang membuat Rere lebih memilih dirumahnya sendiri memeluk boneka bedutnya, menangis dan terus menangis karena ketakutan hingga akhirnya Rere terlelap ditempat tidur nya yang tua dan kusam.

******

Pagi ini matahari sepertinya sedang bahagia, Rere pergi kesungai dan membawa beberapa rok nya untuk dicuci. Ia tidak pernah lupa membawa bedut di kantung bajunya. Ukuran boneka itu tidak terlalu besar sehingga Rere tidak sulit untuk membawanya kemana mana. Dan diperjalanan pulang Rere bertemu dengan galuh sahabatnya.

“Rereeeee..”

“Ehhh galuh apa itu yang kamu bawa?”

“tadi aku mencuri kue mamaku, makanlah kamu pasti belum sarapan yaakan?”

“tidak ah nanti aku dimarahin sama mama kamu”

“makanya cepat kamu bawa pulang re biar mamaku gak lihat”

“heem oke deh aku emang laper sih hehee”

“huuhh dasar malu malu kucing” sambil tangannya menjitak kasar kepala Rere

“aduuuuhh!!!”

“hahahahahaahahahah dadaaaahhhh” dan galuh pergi berlari pulang. Sebenarnya ia
ingin berlama lama bersama Rere, tapi ibunya akan marah jika tau galuh bersama Rere, gadis yang dianggap tidak jelas latar belakang keluarganya. Bahkan tidak sedikit tetangga yang memperlakukan Rere sama seperti ibunya galuh.

Meskipun begitu Rere senang karena hari ini ia tidak perlu memasak, galuh membawakan banyak sekali makanan untuknya. Galuh adalah sahabat Rere satu satunya, anak anak lain hanya mendekati dan berteman dengan Rere hanya jika membutuhkan bantuan Rere saja. Kadang kadang Rere tertawa sendirian jika mengingat cerita kehidupannya, itu seperti cerita yang ada ditelevisi seperti apa yang diceritakan galuh. Dimana gadis kecil yang sengsara dan tidak mempunyai teman akan didatangi oleh ibu peri seperti ibu perinya Cinderella meskipun sebenarnya Rere tidak pernah tau bagaimana wujud Cinderella yang sering dieluh eluhkan cantik oleh teman temannya. Tapi Rere bersyukur tidak mempunyai ibu tiri dan saudara jahat seperti Cinderella.

Galuh sangat merindukan Rere, begitupun dengan Rere. Ia selalu sendirian dan berharap galuh datang saat itu untuk menemaninya. Tapi ibu galuh adalah wanita yang sangat keras, jika ia sudah melarang, galuh tidak akan bisa berbuat apapun.

******

Hari ini meskipun hari masih siang tapi hujan membuat langit gelap seperti malam. Tapi Rere tidak menangis, dia malah tertawa, yaa tertawa sendiri. Rere teringat apa yang galuh lakukan jika ia melihat Rere menangis. Ia mengepakan tangannya seperti ayam dan bernyanyi potong bebek angsa. Dan saat itu Rere akan langsung tertawa.

“tok tok tok”

Rere terkejut mendengar suara itu, dia bukan cepat cepat membukakan pintu tapi justru mengumpat di bawah tempat tidur dan menenggelamkan suaranya supaya yang mengetuk itu menyangka tidak ada siapapun didalam rumah. Rere menyangka yang mengetuk pintu rumahnya itu adalah awan yang akan memakannya karena sedang bertengkar dan lapar.

Rere menangis lagi, ia takut, sangat takut. Ia tidak mau mati dimakan awan. Walaupun Rere berusaha tidak mengeluarkan suaranya, awan itu tetap saja mengetuk pintunya.

“tok tok tok, Rereeeee”

Suara itu, Rere mengenalnya. Itu galuh, terlihat senyumnya begitu lega setelah mengetahui itu adalah galuh. Rere kemudian cepat cepat membukakan pintu.
“Rere kamu menangis lagi?” melihat bekas air mata diwajah Rere galuh langsung menegurnya

“iya gara gara kamu”

“loh ko aku?”

“iya aku kira kamu awan yang mau memakan aku”

“hahahahahaahahahaha bodoh masih saja percaya cerita itu”

“memangnya itu bohong?”

“haha tidak tidak, itu benar kok”

“terus kenapa kamu ngetawain aku?”

“karena muka kamu jelek kalo nangis”

Rere langsung menghapus air matanya, ia tidak mau di ejek jelek oleh galuh.

“kamu kenapa datang? Inikan lagi hujan, nanti mama kamu marah”

“engga kok, mama memperbolehkan aku datang kerumahmu”

Rere heran, baru pernah galuh diperbolehkan mamanya untuk main kerumah Rere.

“hmm kita main apa yaa”

“re aku mau bilang sesuatu ke kamu”

“aku sudah tau”

“tau darimana?”

“kamu sering bilang kayak gitu, kamu mau bilang aku jelek kan? Aku ttauuuuuuu >,<”

“haha bukan”

“lalu apa? Aku cantik yaaa :D”

“aku mau pergi”

“kemana?”

“mama mau menyekolahkanku dilampung”

“lampung itu dimana?”

“itu tempat yang sangat jauh”

“jauhnya seperti ke langit?”

“engga lebih jauh lagi kayaknya”

Dan saat itu pula Rere menangis lagi tidak peduli akan terlihat jelek oleh galuh, setelah ibunya pergi sekarang galuh yang akan pergi bahkan lebih jauh dari langit. Tempat dimana ada pelangi. Untuk menyentuh pelangi saja Rere tidak bisa, apalagi menemui galuh di tempat yang lebih jauh dari itu.

Galuh memeluknya, mengelus lembut rambut Rere. Ketulusan kasih sayang dua orang bocah kecil yang harus dipisahkan oleh jarak yang mereka saja tidak mengetahui seberapa jauh jarak itu membuat galuh ikut menangis. Dan pelukan seorang figur kakak untuk Rere tidak akan lagi dirasakannya.

*****

Hari itu tiba, galuh dan keluarganya berangkat kebandara. Sambil menangis Rere berlari kerumah galuh dan menggenggam erat bedut ditangannya, ia mengumpat di belakang ayunan sambil berjongkok dan melihat galuh pergi menaiki mobilnya. Rere menangis semakin keras, meskipun ia tidak mengerti apa yang membuatnya menangis.
Rere hanya takut sendirian lagi. Dan hujanpun turun lagi, September yang mendung sama seperti hati Rere. Ibu, Rere merindukan ibunya. Ia memeluk erat boneka yang ditinggalkan ibunya itu dan tiada hentinya menangisi galuh.

Rere meninggalkan ayunan itu dan kembali kerumahnya. Hujan semakin lebat dan awan masih saja bertengkar. Kabut menutupi jalan dan sekitar rumahnya. Rere terus menangis dan menangis. Menyatukan dahi dan lututnya sambil menggenggam bedut.
Samar terdengar suara yang sedikit tertutup oleh hujan.

“potong bebek angsa, angsa dikuali. Nona minta dansa dansa empat kali. Sorong
kekanan, sorong kekiri lalalalalalalaaalala”

Itu suara galuh, mereka berdua sama sama basah kuyup. Rere terkejut melihatnya.

“kenapa kamu kembali lagi?”

“aku cuma mau ngasih ini,….” Dan kecupan itu mendarat diatas pipi Rere.

“jangan pergi” dengan tatapan nya yang senduh dan berair Rere memohon agar galuh
tidak meninggalkannya.

“jangan menangis lagi yaa, kalau kamu masih menangis aku tidak akan kembali selamanya”

Akhirnya galuh berlari pergi dan ini benar benar pergi. Semakin lama punggung bocah itu semakin tidak terlihat dan hilang tertutup kabut. Rere bejanji tidak akan menangis lagi. Kasih sayang dua bocah kecil yang tulus itu menjadi pemicu besar yang membuat Rere berjanji tidak akan menangis lagi. Karena Rere masih ingin bertemu galuh, yaa mungkin nanti.

No comments:

Aku pun, ikut menghitung hari.  Menggeratak cara lain lagi bagaimana rela menjadi sekejap yang aku bisa. Seakan-akan di tepas kesakitan menu...