Tuesday 28 September 2010

Berhenti

Berlari
melompat
berguling
teriak
memukul
menendang
mencaci
dan memaki
semua tanpa lawan

sesungguhnya dibalik ketidak pedulian sebuah kata, justru mata yang selalu berbicara
meski terkadang air membuat suara tidak jelas dan semakin tidak menentu.

Darah yang seolah olah mendidih, meraung, berusaha berkata dan terus berteriak. Sayangnya getaran mereka jauh melebihi batas kemampuan telinga manusia.

Bersembunyi didalam ketakutan, meraba apa yang setidaknya masih bisa tersentuh oleh selembar tipis kulit ari.
Hanya rangkaian dari ribuan huruf tetapi mampu membuat darah darahku kembali berteriak, menangis karena kulit ari terluka. Meskipun itu hanya bagian terluar. Karena sesungguhnya jauh didalam aku sangat kuat.

Tapi kembali, aku bersembunyi dalam sebuah ketakutan, memusatkan fikiranku pada sebuah logika tentang cinta. Tentang apa yang ingin diceritakan oleh darahku sampai mereka harus berputar, berlari, menyiksa diri mereka menyapa jutaan meter pembuluh pada setiap hembusan nafas.
Saat bulu bulu tipis diatas setiap kulit ari ku ikut melindungi dari goresan luka, sesungguhnya aku tahu mereka lelah, karena itulah aku ingin berhenti mencintaimu

No comments:

Aku pun, ikut menghitung hari.  Menggeratak cara lain lagi bagaimana rela menjadi sekejap yang aku bisa. Seakan-akan di tepas kesakitan menu...