Aku..
Aku melihat ada tanda,
Langit yang menjadi abu abu
Dan pandangan yang bernuansa cokelat. Seperti foto orang jaman dahulu, yang hanya memiliki dua warna. Kalau tidak putih, ya cokelat. Pandanganku melihat kegelapan, langit nampaknya sudah tidak sabar. Angin semakin ribut dengan masalahnya sendiri. Aku yakin, mungkin kalau wajahku aku usap dengan kapas, pasti banyak debu yang terlihat. Semua orang sama sama berambisi ingin cepat sampai di rumah. Tapi aku? Aku menikmati sore ini, benar benar menikmatinya. Jalanan yang begitu lenggang memberikan kebebasan untukku merasakan pertandanya. Daun daun begitu gembira, mereka menari nari. Hewan hewan yang biasanya berterbangan sudah mencari tempat berlindung. Tapi tidak denganku, aku menikmatinya, setiap mili angin yang aku hirup di jalanan. Dingin, tapi menyenangkan.
Aku hanya tertawa,
Ya.. Tertawa.
Karena benar adanya, hujan datang. Sesekali aku memejamkan mata. Mencoba mengingat setiap detik yang terjadi, saat titik-titik hujan jatuh tepat di kulitku. Dan betapa aku merindukan wangi ini. Wangi tanah kering yang seketika basah terkena air hujan. Atmosfer yang terasa lembab dan hangat. Dan air yang turun dari langit di atasku. Begitu lama sampai aku bisa merasakan ini lagi, hujan di bulan september.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Aku pun, ikut menghitung hari. Menggeratak cara lain lagi bagaimana rela menjadi sekejap yang aku bisa. Seakan-akan di tepas kesakitan menu...
-
Apabila datang saatnya aku harus bersandar di atas kelopak mataku, berdiri di atas kakiku sendiri. dan pada akhirnya benar benar berdiri se...
-
Apa yang pertama kali kalian pikirin waktu ngeliat pict ini? Warnanya yang coklat dengan gradasi yang abstrak dan lapisan mengkilat begitu k...
-
Masih untuk laut yang sama, samudera yang dalam, kama getir yang bertentangan dengan renjana. Perihal amigdala yang sejak dulu j...
3 comments:
bagus :D
makasih :)
iya sama-sama dhes :P :D :)
Post a Comment