Thursday 2 April 2020

pinjam senjanya alina

jangan pernah tanyakan padaku bagaimana kabarnya jalan tepi dan pohon-pohon kering itu. pun tentang kawanan burung yang melintas hanya sekelebat. sama sepertimu yang tidak menunjukkan peduli, aku akan memulainya dengan awalan yang sama. 

aku sedang berpikir keras, bagaimana aku berakhir dalam mengagumi, bait-bait aksara yang berantakan. pujangga-pujangga itu terus saja menulis karena luluh lantak. bagaimana kata-kita menjadi puisi yang tidak ingin aku baca untuk sementara. 

Jika hidup bersamamu adalah hal menyenangkan, biar jalan setapak itu menjadi saksinya. dua pasang kurcaci hutan yang menolongku. terlalu bahagia hingga aku merasa hampir mati karenanya. 

jika sebaliknya, aku beritahu bahwa aku menjadi tuna bahagia yang paling menikmatinya. bukan tentang kesialan-kesialan dalam hidup yang begitu fasih menyiksa kita yang sedang kasmaran, tapi bagaimana bisa dekapanmu menjadi yang paling menenangkan? 

seperti alina yang begitu membenci sukab karena senjanya baru datang bertahun-tahun kemudian, aku tetap berpesan jika suatu saat segalanya menjadi baik, cukup simpan senjamu dalam amplop itu. karena tiap duka-duka kita bisa saja kembali jadi malapetaka, karena sepotong senja hanya untuk alina. 

No comments:

Aku pun, ikut menghitung hari.  Menggeratak cara lain lagi bagaimana rela menjadi sekejap yang aku bisa. Seakan-akan di tepas kesakitan menu...